Kepemimpinan bukan hanya perihal pemimpin atau cara memimpin, tetapi juga mempengaruhi, mengajak, dan mengarahkan. Semua orang bisa menjadi pemimpin, untuk dirinya sendiri atau orang lain. Lebih dari sekadar memimpin dan memberikan instruksi, pemimpin juga harus bisa menginspirasi, memotivasi, dan mendengarkan anggota tim lainnya.
Peran perempuan sebagai pemimpin bisa mendorong kesetaraan gender yang semakin masyarakat perhatikan. Saat ini, sudah banyak perempuan hebat yang memimpin dan menginspirasi perempuan lainnya. Dalam konteks kepemimpinan, biasanya pemimpin itu seorang laki-laki, tapi siapa sangka bahwa perempuan juga bisa menjadi pemimpin. Saat perempuan memimpin, di situlah dia menjadi penguat dan inspirasi bagi perempuan lainnya agar berani bersuara.
Kepemimpinan perempuan memiliki peranan penting dalam menciptakan kesetaraan gender di lingkungan masyarakat. Kontribusi yang paling terlihat adalah ketika perempuan menjadi role model bagi rekan perempuan mereka. Sebagai pemimpin, seorang perempuan dapat menjadi teladan bagi orang-orang di sekitarnya. Tentu dengan cara menunjukkan kemampuan mereka untuk membawa pemikiran luar biasa dan pengambilan keputusan yang tepat.
Perspektif Keadilan
Pemimpin perempuan sangat berpengaruh dalam membawa pendapat, pandangan, dan perspektif mereka untuk menciptakan keadilan dalam kesetaraan gender, di mana mereka bisa lebih merasa didengar dan dihargai. Pemimpin perempuan memiliki kecenderungan lebih peka terhadap isu ketidakadilan antara perempuan dan laki-laki. Kepemimpinan perempuan terpandang sebagai pilar penting mencapai kesetaraan gender di berbagai bidang.
Sejak zaman penjajahan di Indonesia banyak sekali pahlawan perempuan yang menjadi role model bagi perempuan masa kini. Di antaranya, Cut Nyak Dien dan R.A. Kartini adalah sebagian dari pahlawan perempuan yang menjadi inspirasi pemimpin perempuan masa kini untuk terus berdaya dan bersuara.
Kehadiran perempuan sebagai posisi pimpinan memberi warna baru yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah secara komprehensif. Bahkan riset menunjukkan bahwa organisasi dengan kepemimpinan perempuan yang kuat cenderung memiliki kinerja yang lebih baik.
Melansir suaramuhammadiyah.id, seorang Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengungkapkan Tuhan mengakui kepemimpinan perempuan. Hal ini terpotret dalam kisah Ratu Balqis sebagaimana terlukis di Q.S. an-Naml 29-35. Al-Qur’an tidak pernah mencela kepemimpinan Ratu Balqis, sebaliknya justru memaparkan betapa baik dan tepatnya keputusan dan kebijakan yang Ratu Balqis ambil ketika menanggapi surat dari Nabi Sulaiman.
Dalam Islam tak ada teguran atau larangan langsung mengenai kepemimpinan perempuan, akan tetapi hendaklah apabila perempuan menjadi pemimpin tak lupa akan tanggung jawabnya. Sayidah Aisyah ra., istri Rasulullah Saw, menjadi role model perempuan untuk lebih berani. Seperti yang kita ketahui bahwa muslimah boleh menjadi pemimpin asalkan memenuhi kriteria amanah, adil, dan bertanggung jawab.
Selain menjalankan tugas sebagaimana mestinya, perempuan juga tertuntut untuk beraktivitas pada ruang sosial atau ruang publik pada umumnya. Dengan begitu, skil kepemimpinan juga amat terbutuhkan sebagai modal untuk menjalankan kepemimpinannya. Walaupun dalam Islam laki-laki memiliki peran utama sebagai pemimpin keluarga (imam) tetapi perempuan juga memiliki hak memimpin dirinya sendiri, anak-anaknya kelak, dan teman-teman perempuannya.
Demikianlah perihal peran perempuan dalam kepemimpinan dan kesetaraan gender. Fenomena kepemimpinan perempuan ini menjadi perhatian bahwa kepemimpinan tidak terlepas dari aspek kapasitas dan kualitas individu. Perempuan juga bisa menjadi pemimpin, karena perempuan hebat, berhak berbicara, kuat dan memiliki segudang bakat.[]

