Perempuan adalah anugerah yang Tuhan berikan kepada dunia. Di balik kelembutannya, tersimpan kekuatan luar biasa yang tidak hanya mampu menghidupi, tetapi juga membentuk arah sebuah peradaban. Ungkapan “Dari rahim perempuan, masa depan bangsa dilahirkan” bukan hanya kiasan indah semata. Melainkan kenyataan mendalam yang mengandung nilai biologis, sosial, kultural, dan spiritual. Melalui perempuan, kehidupan berjalan, karakter terbentuk, dan masa depan suatu bangsa tergerakkan.
Secara biologis, tidak bisa tersangkal bahwa dari rahim perempuan lahirlah generasi penerus umat manusia. Setiap tokoh besar yang kita kenal hari ini baik presiden, ilmuwan, guru, ulama, maupun aktivis sosial lahir dari rahim seorang ibu.
Namun, bukan sekadar melahirkan, perempuan memegang tanggung jawab besar dalam proses pembentukan jiwa dan watak seorang anak. Sejak dalam kandungan, anak sudah mendapatkan pengaruh dari ibunya, baik secara emosional maupun spiritual. Penelitian modern pun menunjukkan bahwa keadaan mental dan fisik ibu selama kehamilan dapat mempengaruhi perkembangan anak dalam jangka panjang.
Pendidik Pertama
Setelah anak lahir, perempuan sebagai ibu juga menjadi guru pertama dalam kehidupan. Pendidikan awal yang seorang anak terima bukan berasal dari buku pelajaran atau sekolah formal, melainkan dari kasih sayang, ucapan, dan perilaku ibunya sehari-hari. Dari sinilah karakter dasar terbentuk: bagaimana anak belajar mencintai, memahami nilai-nilai benar dan salah, serta mengenal Tuhan dan sesama. Oleh karena itu, ibu adalah pondasi utama dalam membentuk generasi yang berakhlak mulia dan berpikir maju.
Peran perempuan tidak berhenti di lingkup rumah tangga. Seiring berkembangnya zaman, perempuan juga telah menunjukkan kiprahnya di berbagai bidang kehidupan: pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, bahkan politik. Banyak perempuan yang menjadi penggerak perubahan sosial, penentu kebijakan publik, hingga pelopor perdamaian. Mereka mampu membuktikan bahwa kodrat sebagai perempuan tidak membatasi kontribusinya terhadap pembangunan bangsa.
Namun, agar perempuan bisa berperan secara optimal, mereka harus mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat dan negara. Pendidikan adalah kunci utama. Ketika perempuan mendapat kesempatan mengenyam pendidikan tinggi dan mengembangkan potensinya, mereka memiliki bekal mendidik generasi dengan lebih baik pun terlibat aktif dalam kehidupan sosial. Sayangnya, tidak semua perempuan mendapatkan hak tersebut. Masih banyak yang terkekang oleh budaya patriarki, pernikahan usia dini, kemiskinan, dan ketidaksetaraan gender.
Mitra Setara
Padahal negara yang ingin maju harus menempatkan perempuan sebagai mitra strategis dalam pembangunan. Memberdayakan perempuan bukan sekadar isu keadilan gender, tetapi juga investasi jangka panjang bagi kemajuan bangsa. Bank Dunia menyebutkan bahwa negara-negara yang melibatkan perempuan dalam pembangunan cenderung mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dan inklusif. Di sisi lain, ketika perempuan terpinggirkan maka separuh potensi bangsa pun ikut terabaikan.
Perempuan cerdas dan tangguh akan melahirkan anak-anak yang berpikiran terbuka dan berdaya juang tinggi. Di tangan seorang ibu, anak tidak hanya diajarkan membaca dan menulis, tetapi juga belajar mencintai tanah air, memahami keberagaman, serta menghormati nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu, perempuan tidak boleh lagi dipandang sebelah mata. Perempuan adalah pencetak peradaban. Bahkan dalam Islam, Nabi Muhammad saw. pernah bersabda:
“Ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya. Jika ia mempersiapkannya dengan baik, maka ia telah mempersiapkan lahirnya generasi yang baik pula.”
Ungkapan ini menunjukkan betapa pentingnya pendidikan perempuan, terutama dalam konteks keibuan. Seorang ibu tidak hanya berfungsi sebagai pengasuh, tetapi juga pendidik, pemimpin dalam rumah tangga, dan teladan dalam kehidupan sehari-hari. Perempuan yang memahami nilai-nilai agama dan ilmu pengetahuan akan lebih mampu membimbing anak-anaknya menjadi manusia yang paripurna beriman, berilmu, dan berakhlak.
Prioritas Utama dan Bersama
Selain itu, kita juga harus menyadari bahwa perempuan kerap menjadi korban ketidakadilan sosial. Banyak di antara mereka yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, eksploitasi tenaga kerja, pelecehan seksual, hingga keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan dan ekonomi. Oleh sebab itu, perlindungan terhadap hak-hak perempuan harus menjadi prioritas bersama. Pemerintah, lembaga pendidikan organisasi masyarakat, dan keluarga harus bersinergi untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi perempuan agar mereka bisa berkembang secara maksimal.
Kesadaran akan pentingnya perempuan juga harus tumbuh dari dalam keluarga. Laki-laki perlu diajarkan sejak dini untuk menghormati perempuan, bekerja sama dalam rumah tangga, dan berbagi peran secara adil. Anak laki-laki yang tumbuh dalam lingkungan yang setara akan menjadi pria dewasa yang tidak meremehkan perempuan. Begitu juga anak perempuan, bila tumbuh dengan rasa dihargai dan diberdayakan, akan tumbuh menjadi perempuan dewasa yang percaya diri dan mandiri.
Perempuan adalah akar dari kehidupan dan pondasi dari bangsa. Dari rahim perempuan lahir bukan hanya manusia, tetapi harapan dan masa depan. Dari tangan dan pikirannya tumbuh nilai-nilai yang membentuk karakter generasi berikutnya. Maka, memuliakan perempuan berarti menyiapkan masa depan bangsa yang cemerlang. Sudah saatnya seluruh elemen masyarakat mengakui dan memperkuat peran perempuan dalam semua aspek kehidupan, agar generasi yang dilahirkan kelak mampu membawa perubahan positif, bukan hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi dunia.[]