Pola Pikir Baru Mengenal Pendidikan Seksual

Di kalangan masyarakat, pendidikan seksual masih menjadi hal tabu. Walaupun penting, nyatanya tidak semua orang nyaman jika membahasnya. Sebenarnya apasih yang menyebabkan sebagian orang tak nyaman membahasnya? Dan, kenapa sex education begitu penting bagi anak-anak?

“Semakin susah sesuatu untuk dibahas. Semakin penting sesuatu itu harus dibahas!” (Najwa Shihab, 2021). Kita sering memiliki persepsi yang sama mengenai ilmu pengetahuan, namun tidak dengan pendidikan seksual. Sering kali kita memaknainya dengan berbeda-beda sesuai dengan perspektif masing-masing.

Masih banyak dari kita yang mendefinisikan pendidikan seksual secara sempit, yang berujung hanya pada pembahasan relasi seksual berupa berahi atau sebatas nafsu. Padahal, ajaran ini mencakup berbagai hal yang lebih luas. Di antaranya bagaimana kita mengenal tubuh kita, bagaimana kita mengetahui apa yang menjadi batasan dari diri kita, dan bagaimana kita respek kepada lawan jenis. (Ikhaputri Widiantini,SS,M,Si., 2021)

Penting Memahami

Dalam sebuah diskusi bersama seorang guru Pendidikan Agama Islam, Imam Mujamil, saya menyimak ungkapannya mengenai keprihatinan atas fenomena maraknya kasus pelecehan seksual. Apalagi kejadian itu menimpa anak di bawah umur. Demikian menjadi bukti nyata bahwa masih banyak orang yang belum memahami pentingnya pendidikan ini yang seharusnya sudah orang tua berikan pada anaknya sejak dini.

Sebenarnya, banyak orang tua yang menegur dan melarang anaknya jika kedapatan sedang menonton konten seksual, kekerasan, ketidaksenonohan, ataupun tontonan dewasa lainnya. Namun, ketika para orang tua mendapat pertanyaan dari anak mengenai alasan larangan tersebut, kebanyakan orang tua hanya menjawab, “Nanti kalau kamu sudah dewasa kamu juga bakal paham.”

Orang tua seakan menghindar dari topik pembicaraan ini dan kurang peduli untuk memberikan edukasi kepada anaknya. Penyebabnya karena pola pikir orang tua masih keliru mengenai pendidikan seksual. Karena ketidaktahuan, rasa penasaran, serta mulai tumbuhnya hormon pubertas, maka memicu anak untuk mencari tahu sendiri apa sebenarnya seks itu.

Baca Lainya  Posisi Islam dan Moralitas Perempuan

Stephen King mengatakan “curiosity killed the cat” artinya rasa ingin tahu jika tidak dibersamai dengan bimbingan dapat membunuh atau membahayakan kita. Apalagi di era digital yang sudah berkembang pesat ini, anak-anak dapat dengan mudah mengakses berbagai macam informasi termasuk seputar seks.

Pun sekarang ini banyak anak yang sudah mendapat kebebasan bermain ponsel dari orang tuanya. Bahay lagi jika tanpa adanya filtrasi mengenai informasi yang terakses anak. Kondisi ini membuat anak sangat rawan mendapatkan informasi yang salah atau menyesatkan tentang seks dari sumber-sumber yang tidak bertanggung jawab.

Kemudahan Akses

Tak heran jika data dari Kementrian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2019 menunjukkan bahwa sebanyak 97% siswa pernah mengakses konten pornografi. Dengan rincian 57% terakses dari internet, 36% dari media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, dll) dan permainan sebanyak 4%. (Runi Nurazizah, 2020)

Ketika pendidikan seksual masih menjadi hal tabu untuk menjadi bahasan penting, anak-anak justru mencari informasi dari sumber yang tidak bertanggung jawab. Selain orang tua, menurut saya, sekolah juga menjadi pihak yang harus bertanggung jawab mengenai pendidikan seksual, karena sebagian besar waktu anak habis lingkungan pendidikan tersebut mulai dari TK, SD, SMP, dan SMA.

Pendidikan seksual melalui pendekatan agama juga perlu sebagai sarana untuk mengendalikan hawa nafsunya. Pada akhirnya, potensi penyelewengan seksual dapat terhindarkan karena mereka telah memiliki sifat iffah (menahan), tujuannya tak lain agar anak bisa terhindar dari pelecehan dan kekerasan seksual. (Imam Mujamil S.Pd.I,2023)

Pentingnya mengajarkan pendidikan seksual pada anak usia dini dari orang tua, guru, dan orang yang bertanggung jawab lainnya tentunya akan sangat berbeda dengan anak yang mendapatkan pendidikan seksual dari sumber yang tidak bertanggung jawab.

Baca Lainya  Intelektualitas Perempuan dan Gerak Ilmu Pengetahuan

Pengajaran dan Penanaman

Dalam Islam terdapat beberapa pengajaran pendidikan seksual dasar yang anak mudah paham bila mengetahuinya. Seperti menanamkan rasa malu, memisahkan tempat tidur, mendidik dalam berpakaian, dan mendidik menjaga kebersihan diri terutama kemaluan. Pun mengajarkan tentang masalah seksualitas secara terbuka, dan memberitahu area yang boleh dan tidak orang lain menyentuhnya.

Mungkin itulah beberapa hal dasar yang dapat diajarkan kepada anak tentang edukasi seksual. Pesan terbuka untuk para orang tua, agar lebih terbuka kepada anak dalam hal pendidikan seksual (Zahra Lubis & Nur, 2022). Jangan sampai anak mencari tahu sendiri mengenai pendidikan seksual. Karena khawatir anak justru tersesatkan oleh sumber-sumber yang mengajak anak pada pendidikan seks yang keliru.

Harapan saya, siapapun yang membaca tulisan ini bahwa pola pikir mengenai pendidikan seksual dapat berubah. Oleh karenanya, bagaimanapun pendidikan seksual bukan tentang bagaimana cara melakukan hubungan seksual saja, akan tetapi juga tentang bagaimana cara agar anak  mengenal organ-organ tubuh. Bagaimana anak mengetahui apa yang menjadi batasan dari diri anak. Dan bagaimana cara agar anak respek kepada lawan jenis.

Karena hal ini sangat penting demi menjaga diri mereka dari kejahatan pelecehan seksual dan kekerasan seksual, maka kita semua paham dan sadar akan urgensi pendidikan seksual. Sehingga manfaatnya bisa mengurangi kekerasan dan pelecehan seksual bahkan bukan tidak mungkin juga jika dapat dihilangkan.

One thought on “Pola Pikir Baru Mengenal Pendidikan Seksual

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *