Jejak Perempuan Lokal dari Jepara

Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

Tiga tokoh perempuan tangguh yang dahulu mewarnai Jepara memberikan alasan kuat pada perempuan-perempuan Jepara masa kini agar turut menerus-juangkan kiprah ketiganya. Corak kepemimpinan masa Ratu Shima dengan ketegasannya, Ratu Kalinyamat dengan keberaniannya, hingga RA. Kartini dengan kecerdasannya memberikan ruang bagi perempuan untuk menjadikan ketiganya sebagai tolok ukur dalam memimpin, berdaya, dan memiliki daya juang tinggi dalam berkehidupan.

Pada abad ke-7 hingga 19 menandai eksistensi ketiga perempuan lokal tersebut dengan segala kiprah yang mereka torehkan. Pasca itu, bukan semakin redup, justru semakin banyak melahirkan perempuan-perempuan Jepara yang memiliki semangat juang dengan kegigihan dalam melanjutkan perjuangan ketiganya.

Salah satunya Endang Rustiamik, begitu masyarakat mengenalnya. Perempuan yang lahir pada 1970 ini, seperti representasi dari tokoh-tokoh perempuan terdahulu. Tidak hanya tegas, ia juga memiliki keberanian dan kecerdasan sekaligus. Dalam beberapa momentum, saya mendapati kisah dan kiprahnya, baik dalam ketelatenan berorganisasi, keaktifannya dalam bermasyarakat, dan keterlibatannya di pemerintah desa. Hebatnya, ia mampu mempertahankan kegigihan, integritas, dan keikutsertaannya dari tahun ke tahun.

Hal demikian tertandai dengan pengalaman organisasinya mulai dari menjabat ketua IPPNU Ranting Tengguli (1986-1990), Ketua Fatayat NU Ranting (1996-2001), Ketua Fatayat NU Anak Cabang Bangsri (2006-2011), Pengurus NU Cabang Kabupaten Jepara (2012-2018), Ketua II Muslimat Ranting NU Tengguli (2018-Sekarang), Ketua IHM NU Anak Cabang Bangsri (2016-2019), Pengurus IHM Cabang Kabupaten Jepara (2020-2026), Wakil BPD Desa Tengguli (2019-2027), Pembina Fatayat Kabupaten Jepara (2024-2029), Pembina RA Al Hidayah (2019-sekarang), Pengurus MGBK Kabupaten Jepara (2022-2026), Ketua Muslimat (2023-2028), dan Wakil Ketua LazisNU MWC Kecamatan Bangsri (2018-sekarang).

Berkiprah di Masyarakat

Sederet pengalaman organisasi dari masa ke masa menunjukkan kemampuannya yang aktif untuk berkiprah di masyarakat. Berkat tangan dinginnya, ia berkali-kali mendapat amanat menjadi ketua untuk memajukan organisasi. Faktor lain yang mendukung sebab ia adalah seorang sarjana sehingga taktik politik dan strategi kepemimpinannya dapat orang andalkan.

Baca Lainya  Kartini: Pejuang Kesetaraan dan Pendidikan Kaum Perempuan

Bukan tidak mungkin, banyaknya pengalaman manis-pahit kehidupan yang ia lalui menjadikan ia sebagai perempuan tangguh yang memiliki daya juang tinggi.Ā ā€œAda jenis perempuan yang tangguh, yang menyerah, yang tidak berani, dan yang berani, sedangkan saya memilih menjadi perempuan tangguh dan beraniā€Ā ucapnya dalam suatu obrolan ringan kami menjelang Magrib.Ā 

Kami menyebutnya sebagai perempuan yang memiliki ketangguhan, ketegaran, keuletan, dan tahan banting. Mengingat dalam rekam jejak perjalanan hidupnya, sudah semestinya melabelkan kata yang demikian kepada perempuan lokal asal Jepara ini. Saya menggunakan kata kami untuk mengapresiasi dan turut bergabung dalam orang-orang yang ā€œsebagianā€ ingin mengakui kehebatan dan ketangguhannya. Sebab ā€œsebagianā€ lagi terlalu angkuh untuk menolak mengakui, dan ā€œsebagianā€ lagi memilih diam agar tidak ikut yang sebagian-sebagian.

Sebagian yang angkuh itulah secara tidak langsung membentuk kepribadiannya menjadi perempuan pejuang dengan keberanian yang tinggi. Problematika, fitnah, dan buruk sangka yang ia temui dalam desa tempat lahir sekaligus tempat berjuang yang hendak ia maju-kembangkannya justru mendapat cemooh dan respon negatif dari masyarakat sekitar. Ujaran kebencian hingga massa yang hendak mendemo lebur menjadi ā€˜salah satu’ polemik yang ia hadapi.

Etos dan Integritas

Oh, ya, saya menyebutkan salah satu, sebab ada banyak polemik yang Bu Endang alami dan ceritakan. Mulai dari urusan sederhana antarwarga hingga aparatur kepolisian yang hendak memasukkanya ke bui ulah oknum (baca: warga) yang sentimen terhadapnya telah khatam ia libas dengan keberanian dan kecerdasannya. Ketidakpahaman dan keapatisan masyarakat yang tersetir ā€œsebagianā€ orang-orang tersebut justru ia manfaatkan dan rayakan dengan suka cita. Berharap agar kekalahan dan kekuatannya luntur dalam ancaman-ancaman yang mereka lambungkan. Faktanya, tak sedikit pun mencairkan keberaniannya hingga sekarang.Ā 

Baca Lainya  Rohana Kudus: Pahlawan Pengubah Peradaban

Itu sebabnya saya terpantik memberikan sebutan ā€œperempuan lokalā€ sebab masih banyak kita temukan perempuan-perempuan hebat di desa (baca: lokal) yang belum tersorot-abadikan dalam tulisan-tulisan di media maupun cetak. Bu Endang mengajarkan bahwa perempuan harus memiliki keberanian dan ketangguhan. Taktis dalam segala urusan, kejernihan dan kehati-hatian dalam menyelesaikan permasalahan. Etos kerja yang baik, integritas diri yang tinggi, kemandirian, serta keuletan dalam segala hal.

Perempuan lokal satu ini memberikan potret bahwa seseorang dapat tumbuh, berkembang, dan maju meski dari ranah lokal, tak melulu urban. Saya percaya, di mana pun perempuan berada, sejatinya ia tentu menemukan ruang berperang dalam situasi dan kondisi lingkungan yang melingkupinya. Pertanyaannya adalah, cukup mampu atau tidak perempuan-perempuan memenangkan segala pertarungan dengan kegigihan dan tetap memegang kebaikannya?[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *