Yenny Wahid adalah seorang tokoh politik dan aktivis Indonesia yang lahir pada tanggal 26 Agustus 1974 di Jakarta. Ia merupakan anak kedua dari mantan Presiden Indonesia, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Ia memiliki nama lengkap Hj Zannuba Ariffah Chafsoh. Aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan politik, terutama dalam hal mengadvokasi hak-hak perempuan dan anak-anak. Serta memperjuangkan perdamaian dan toleransi antar umat beragama di Indonesia.
Dalam kiprahnya di dunia politik, Yenny dulu pernah menjabat sebagai anggota DPR-RI dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada periode 2009-2014. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) pada periode 2014-2017. Selain itu, ia juga aktif dalam berbagai organisasi non-pemerintah. Seperti Wahid Foundation dan Gusdurian Network Indonesia, yang mempromosikan nilai-nilai toleransi dan perdamaian di Indonesia.
Yenny dalam menempuh pendidikan senantiasa terdukung oleh keluarganya. Ia memulai di SD Al Azhar 1 Jakarta (1980-1986). Melanjutkan ke SMA Negeri 28 Jakarta (1992), S1 Jurusan Visual Universitas Trisakti, dan S2 Harvard Kennedy School of Governmen. Yang menarik Yenny juga pernah menempuh pendidikan studi Psikologi di Universitas Indonesia. Akan tetapi, tidak sampai selesai ia memilih untuk keluar dan melanjutkan pendidikan di Universitas Trisakti.
Kontribusi dan Kiprah
Yenny memiliki kiprah yang sangat penting di dalam organisasi Gusdurian. Sebuah organisasi yang berdiri untuk mempromosikan gagasan dan nilai-nilai almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ayahnya.
Sebagai salah satu pendiri Gusdurian, Yenny telah berkontribusi dalam berbagai kegiatan organisasi tersebut, seperti diskusi, seminar, dan kegiatan-kegiatan sosial. Tentu bertujuan untuk mempromosikan nilai-nilai toleransi, pluralisme, dan demokrasi di Indonesia. Selain itu, ia juga aktif dalam program-program Gusdurian yang berfokus pada isu-isu keagamaan. Seperti interfaith dialogue dan program-program pengembangan pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu.
Yenny juga memimpin Wahid Foundation, sebuah organisasi Gus Dur dan keluarga bangun untuk memromosikan perdamaian dan toleransi di Indonesia. Di bawah kepemimpinanbta, Wahid Foundation telah aktif dalam memfasilitasi dialog antaragama dan antarbudaya. Serta menyediakan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat yang terkena dampak konflik dan bencana alam di Indonesia.
Melalui kiprahnya di Gusdurian dan Wahid Foundation, Yenny Wahid telah menjadi salah satu tokoh penting dalam mempromosikan nilai-nilai toleransi, pluralisme, dan perdamaian di Indonesia. Pun merupakan warisan penting dari Gus Dur dan keluarganya.
Yenny menjabat sebagai Direktur Wahid Foundation sejak tahun 2010 hingga saat ini. Dalam posisinya tersebut, ia bertanggung jawab dalam memimpin, mengatur, dan mengawasi program-program yang terlaksanakan oleh organisasi Wahid Foundation, yang fokus pada isu-isu perdamaian, toleransi, dan pembangunan masyarakat.
Isu Perdamaian
Selain itu, Yenny Wahid juga sering kali menjadi pembicara dalam berbagai konferensi dan acara internasional, di mana ia berbicara tentang isu-isu yang berkaitan dengan perdamaian, toleransi, dan demokrasi di Indonesia dan dunia. Dalam banyak kesempatan, Yenny Wahid juga menyampaikan pandangan-pandangannya tentang pentingnya memperkuat nilai-nilai kerukunan antaragama dan antarbudaya untuk mencapai perdamaian dan keadilan sosial di Indonesia.
Karena berbagai kiprah dan kontribusnya Yenny menerima beberapa penghargaan dan prestasi. Di antaranya, Penghargaan “Great Women of Our Time” dari majalah Kartini Indonesia tahun 2012, Penghargaan “Perempuan Pemberani” dari Komnas Perempuan tahun 2015, Penghargaan “Global Muslim Women’s Shura Council Award” dari International Union of Muslim Scholars tahun 2015, Penghargaan “International Tolerance Award” dari Jewish Community Relations Council (JCRC) tahun 2017, Penghargaan “Global Women’s Leadership Award” dari World Women Leadership Congress & Awards tahun 2018, dan Penghargaan “Global Youth Leadership Award” dari The International Youth Committee tahun 2019.
Selain itu, Yenny juga telah menulis beberapa buku dan artikel tentang isu-isu sosial dan politik, termasuk tentang perdamaian, toleransi, dan demokrasi di Indonesia. Ia juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan politik, baik di dalam maupun luar negeri, yang bertujuan untuk mempromosikan nilai-nilai toleransi dan perdamaian di Indonesia dan dunia.
Pejuang Keadilan Perempuan
Yenny adalah seorang aktivis yang konsisten dalam memperjuangkan hak-hak perempuan di Indonesia dan dunia. Dalam kepengurusan PBNU di bawah kepemimpinan Kyai Yahya, perempuan yang pernah menjadi staff khusus zaman Gus Dur ini masuk menjadi salah satu jajaran pengurus Badan Khusus Pengembangan Inovasi Strategis PBNU.
Dalam rangkaian peringatan 1 abad Nahdlatul Ulama, PBNU me-launching satuan tugas (satgas) NU Woman yang mana acara tersebut ketunya adalah Yenny. NU Woman ini berfokus pada gerakan penanggulangan perubahan iklim, yang kedua adalah misi khusus memperjuangan perlindungan perempuan dan anak dan yang ketiga adalah pemberddayaan perempuan secara ekonomi, politik, sosial maupun keagamaan.
Berikut statement Yenny tentang isu perempuan, “Perempuan adalah aset penting bagi pembangunan masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memberikan ruang yang lebih besar bagi perempuan dalam setiap aspek kehidupan.” Dengan pernyataan itu secara konsisten dan berkomitmen dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, Yenny Wahid telah menjadi salah satu tokoh yang penting dalam gerakan perempuan di Indonesia dan dunia.