Sumber Gambar: indonesiana.id
Era perkembangan teknologi digital telah mendorong lahirnya berbagai platform media sosial. Hal itu memungkinkan pengguna untuk berinteraksi, mengekspresikan diri, serta membangun komunitas secara daring. Salah satu platform yang paling populer saat ini adalah TikTok. Sebuah aplikasi berbasis video pendek menggunakan algoritma canggih untuk mengkurasi dan menyajikan konten sesuai dengan preferensi penggunanya.
Salah satu kelompok pengguna terbesar di TikTok ialah perempuan, baik sebagai konsumen penikmat konten maupun kreator (produsen). Tingginya partisipasi perempuan dalam platform ini menunjukkan peran mereka yang signifikan dalam ekosistem digital. Namun, di balik popularitas aplikasi ini, muncul pertanyaan kritis mengenai bagaimana algoritma bekerja dan siapa sebenarnya yang memperoleh keuntungan sistem ini.
Algoritma TikTok terancang untuk mempertahankan keterlibatan pengguna. Namun, apakah sistem ini memberi manfaat nyata bagi perempuan dalam bentuk eksposur dan peluang ekonomi lebih luas atau justru menjadikan mereka sebagai objek eksploitasi digital? Representasi perempuan dalam ruang digital, distribusi manfaat ekonomi, serta potensi risiko yang melekat dalam mekanisme algoritmiknya menjadi isu yang perlu mendapat analisis lebih lanjut. Oleh karena itu, kajian yang lebih mendalam mengenai dampak algoritmanya terhadap pengalaman digital perempuan menjadi hal krusial dalam memahami dinamika platform ini dalam ekosistem media sosial.
TikTok menggunakan algoritma berbasis kecerdasan buatan (AI) yang menganalisis preferensi pengguna berdasarkan interaksi mereka. Misalnya, durasi menonton, jumlah suka, komentar, serta tingkat keterlibatan dengan konten tertentu. Algoritma ini kemudian merekomendasikan video yang kemungkinan besar akan menarik perhatian pengguna, menciptakan pengalaman yang sangat terpersonalisasi.
Peluang dan Tantangan
Bagi perempuan, algoritma TikTok memiliki dampak yang beragam, baik dari sisi peluang maupun tantangannya sebagai ruang ekspresi dan pemberdayaan. TikTok memungkinkan perempuan untuk membangun identitas digital, berbagi pengalaman, dan mengekspresikan kreativitas mereka melalui berbagai bentuk konten, seperti fesyen, kecantikan, edukasi, seni, hingga advokasi sosial. Algoritma TikTok dapat membantu perempuan mendapatkan eksposur yang lebih luas, memungkinkan mereka untuk memperoleh popularitas, bahkan menjadikannya sebagai sumber penghasilan melalui kemitraan dan monetisasi.
Fenomena ini telah melahirkan banyak kreator perempuan yang sukses dalam membangun personal branding di berbagai bidang. Contohnya, banyak perempuan yang menggunakan TikTok untuk mendukung gerakan feminisme, berbagi informasi kesehatan mental, atau bahkan mempromosikan bisnis mereka sendiri.
TikTok merupakan salah satu platform media sosial berbasis video pendek yang memungkinkan penggunanya untuk membuat, membagikan, serta mengakses berbagai konten dengan durasi singkat, berkisar antara 15 detik hingga 3 menit. Sejak kemunculannya, TikTok telah mengalami pertumbuhan pesat dan menjadi salah satu aplikasi yang paling terminati di berbagai negara.
Platform ini terkenal karena sistem algoritmanya yang mampu menyesuaikan konten dengan preferensi pengguna, sehingga menciptakan pengalaman yang terpersonalisasi. Dengan fitur yang beragam, seperti efek visual, filter, musik latar, serta tantangan atau “challenges“, TikTok memberikan ruang bagi individu untuk mengekspresikan kreativitas mereka dalam berbagai bentuk.
Kepopuleran TikTok terutama terlihat di kalangan generasi muda, yang memanfaatkan platform ini tidak hanya sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai alat untuk menyebarkan informasi, mendukung kampanye sosial, serta mempromosikan produk dan layanan. Selain itu, banyak institusi pendidikan dan organisasi bisnis yang mulai menggunakan TikTok sebagai media edukasi dan strategi pemasaran digital, mengingat daya jangkau serta pengaruhnya yang luas.
Sebagai bagian dari perkembangan media digital, TikTok telah menjadi fenomena global. Yakni membawa dampak signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk budaya populer, komunikasi, serta strategi pemasaran modern. Namun, seiring dengan popularitasnya, platform ini juga menghadapi tantangan terkait privasi data dan regulasi konten. Serta pengaruhnya terhadap pola interaksi sosial di masyarakat.
Keistimewaan Algoritmik
Algoritma TikTok memberikan keuntungan bagi beberapa pihak utama, yaitu platform itu sendiri, perusahaan komersial, serta kreator yang memiliki keistimewaan algoritmik.
Sebagai perusahaan teknologi, TikTok memperoleh pendapatan signifikan melalui keterlibatan pengguna yang tinggi.
Semakin lama pengguna mengonsumsi konten, semakin besar potensi pendapatan dari iklan dan kemitraan bisnis. Algoritma TikTok terancang untuk mempertahankan atensi pengguna. Dengan demikian, memperkuat pola konsumsi tertentu, termasuk konten yang menampilkan perempuan sebagai daya tarik utama.
Selain itu, merek dan perusahaan komersial juga mendapatkan manfaat besar dengan menggunakan TikTok sebagai sarana pemasaran. Industri seperti kecantikan, fesyen, dan gaya hidup memanfaatkan algoritma ini untuk meningkatkan penjualan. Pun sering kali menjadikan perempuan sebagai pusat strategi pemasaran. Dengan demikian, perempuan tidak hanya berperan sebagai kreator, tetapi juga sebagai bagian dari mekanisme pemasaran digital.
Namun, tidak semua perempuan memperoleh keuntungan yang sama dari sistem algoritma ini. Mereka yang sesuai dengan standar estetika populer atau memiliki akses lebih besar terhadap sumber daya digital cenderung mendapatkan lebih banyak eksposur. Serta peluang ekonomi alih-alih mereka yang tidak memenuhi standar tersebut. Hal ini berkontribusi terhadap kesenjangan digital dan ketidakadilan dalam distribusi peluang.
Oleh karena itu, agar TikTok menjadi ruang yang lebih inklusif, perlu peningkatan literasi digital. Lewat kebijakan keamanan siber yang lebih ketat, serta pengembangan algoritma yang tidak hanya mengutamakan estetika tertentu. Namun, juga mendorong keberagaman dan keadilan digital bagi perempuan.[]