Menjadi Perempuan Tangguh seperti Asiyah

Perawi Hadis Perempuan
Sumber Gambar: iqra.id

Di masa sekarang di mana semua sudah serba cepat dan banyak tuntutan dalam hal apapun, perempuan menghadapi banyak tantangan yang kompleks. Di lingkungan keluarga, perempuan sebagai seorang istri dan juga ibu seringkali harus melakukan pekerjaan ganda. Seorang ibu atau istri harus mengurus pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak, bahkan ada juga yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Di lingkup sosial dan masyarakat, perempuan selalu mendapat perlakuan diskriminasi gender seperti ketika terdapat perempuan yang melakukan pekerjaan laki-laki akan teranggap tidak pantas dan bahkan teremehkan. Dalam hal ini perempuan harus bisa mempertahankan hak nya dan juga harus memiliki keteguhan iman setiap saat agar tidak terbawa arus kehidupan yang tak terarah.  

Cerminan Nyata

Cerminan sosok perempuan tangguh dan teguh pada imannya ialah seorang perempuan muslim bernama Asiyah. Siti Asiyah ini adalah seorang ratu di Kerajaan Mesir Kuno yang merupakan istri dari Raja Fir’aun, raja paling zalim pada masanya. Walaupun suaminya sama sekali tidak beriman kepada Allah Swt., tetapi Asiyah tetap teguh dalam mempertahankan keimanannya kepada Allah Swt.

Nama asli Asiyah adalah Asiyah binti Muzahim. Di dalam Al-Qur’an, Asiyah tertulis sebagai penghuni surga oleh Allah karena kemuliaannya sebagai orang yang beriman kepada-Nya di tengah kekejaman yang Raja Fir’aun lakukan. Seperti yang tertmaktub dalam QS. At Tahrim ayat 11 yang artinya: “Dan Allah menjadikan istri Fir’aun (Asiyah) sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim”.

Keimanan dalam hati Asiyah ini mulai tumbuh ketika Nabi Musa mampu mengalahkan tukang sihir suruhan Fir’aun. Fir’aun sangat menentang Nabi Musa dalam hal adu kebenaran dan selalu menganggap Nabi Musa sebagai penyihir serta menghasut rakyatnya untuk tidak percaya pada ajaran Nabi Musa. 

Baca Lainya  Kesetaraan di Ruang Kelas

Mengetahui bahwa Asiyah memutuskan untuk mengikuti ajaran yang sudah Nabi Musa berikan, Fir’aun sungguh sangat marah dan kecewa. Asiyah juga menolak perintah suaminya untuk menyembahnya yang mengaku sebagai seorang Tuhan. Kemudian, Fir’aun memberikan hukuman kepada Asiyah, yang tidak mau mendengarkannya, untuk meninggalkan ajaran Nabi Musa dan menyembahnya. Hukuman yang Raja Fir’aun berikan kepada Asiyah sangatlah berat.

Asiyah mendapat perlakuan seperti tangan dan kaki yang terikat pada tiang dan bahkan sampai batu besar menimpa tubuhnya. Meskipun Asiyah menerima segala bentuk siksaan Raja Fir’aun, ia tetap beriman kepada Allah Swt. dan berdoa agar selamat dari kezaliman suaminya. Dan memohon agar kelak Allah membuatkan rumah di surga Firdaus seperti yang tergambar dalam QS. At Tahrim ayat 11.

Memepertahankan Iman

Dari apa yang Asiyah alami dapat terpelajari ketangguhannya dalam mempertahankan iman di tengah kehidupan yang penuh kemewahan dan kekuasaan. Bahkan hingga mendapat hukuman, siksaan fisik, dan ancaman dari suaminya, Asiyah tetap beriman kepada Allah Swt. Keberanian, ketangguhan, dan kesabarannya inilah yang menjadikannya sebagai figur perempuan yang relevan dengan kondisi perempuan saat ini.

Adanya tren-tren yang merusak moralisme serta spiritualisme merupakan tantangan yang harus dihadapi perempuan masa kini. Dengan meneladani sosok Asiyah, yang mempunyai prinsip dalam memahami kebenaran serta keteguhan hati, untuk selalu beriman kepada Allah Swt. Semoga akan mampu membuat diri terhindar dari arus modernitas tanpa arah. Seorang perempuan tangguh pada zaman sekarang adlah ia yang mampu menjaga diri dan tetap berpegang pada nilai-nilai islam sehingga tidak terpengaruh pada situasi sosial. 

Sosok Asiyah menjadi simbol keteguhan hati seorang perempuan tangguh yang beriman. Dalam kehidupan yang semakin mendorong standar duniawi ini, keteladanan Asiyah menjadi tombak melawan modernisasi tersebut. Meneladani sikap Asiyah berarti membangun ketangguhan iman dari dalam sebagai pondasi utama dalam menjalani kehidupan. Semoga setiap perempuan yang meneladani sikapnya dapat menanamkan nilai-nilai tersebut. Dan menjadi perempuan dengan pribadi yang kuat, berani serta memiliki keteguhan iman.[]

Baca Lainya  Dilema Peran Ganda: Pekerjaan Domestik dan Karier

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *