Kesetaraan Gender dan Perjuangan Pahlawan Perempuan Indonesia

Pahlawan Perempuan Sumber Gambar: gramedia.com

Akhir-akhir ini, saya kerap kali mendengar sebuah ungkapan dari beberapa orang bahwa perempuan bisa menjadi pemimpin. Hal tersebut tak lain adalah satu bentuk kesetaraan gender. Akan tetapi, banyak juga yang beranggapan bahwa pemimpin itu seharusnya laki-laki. Bahkan anggapan itu juga, kadang, terucapkan oleh perempuan.

Padahal di era sekarang kesetaraan itu penting untuk mewujudkan kehidupan adil dan ketercapaian cita-cita semua orang. Lantas mengapa banyak yang meremehkan seorang pemimpin perempuan? Padahal di Indonesia sendiri banyak pahlawan nasional perempuan yang memimpin dan membantu kemerdekaan Indonesia.

Banyak yang beranggapan bahwa perempuan itu lemah dan hanya cocok untuk hal-hal di balik layar. Padahal, sejarah Indonesia menjelaskan bahwa pahlawan perempuan Indonesia mampu menjadi pemimpin, bukan hanya tangguh tapi juga bijaksana dan berpengaruh besar terhadap bangsanya. Dari sini, tersimpulkan bahwa menjadi seorang pemimpin tidak hanya memandang gender, akan tetapi juga kemampuan, keberanian, kecerdasan, dan tanggung jawab.

Kesempatan Belajar

Perjuangan pahlawan perempuan Indonesia tidak hanya terjadi di sebuah medan perang, akan tetapi dalam sebuah kehidupan bermasyarakat. Seperti halnya pendidikan, dahulu tidak semua anak boleh menempuh pendidikan. Terutama bagi perempuan, kesempatan belajar baginya sangatlah minim. Orang-orang hanya beranggapan bahwa perempuan cukup dengan belajar urusan rumah dan urusan masak-memasak. Sebaliknya pendidikan tinggi hanya terperuntukan bagi laki-laki.

Padahal, jika kita membahas sebuah urusan rumah, seorang perempuan yang menjadi ibu rumah tangga dan hanya merawat anaknya, hal itu pun memerlukan sebuah pengetahuan. Akhir-akhir ini, saya melihat sebuah konten di media sosial seorang ibu yang memberi makan anaknya yang masih balita dengan mi instan setiap hari. Seorang ibu yang memberi minum anaknya susu kental manis setiap hari padahal produk itu memiliki kandungan gula yang tinggi dan tidak baik untuk anak-anak.

Baca Lainya  Nyi Ageng Serang: Sosok Bu Nyai Pemimpin Perang

Ada lagi sebuah pemikiran orang-orang yang masih berpegang teguh bahwa banyak anak itu banyak rezeki. Itu semua adalah sebuah pemikiran-pemikiran yang salah kaprah karena kurangnya pengetahuan. Karena mungkin keterbatasan pendidikan atau malah menggunakan pemikiran kuno dari nenek moyang yang tidak bisa terbuktikan kebenarannya.

Karena keterbatasan pendidikan bagi perempuan itulah banyak pahlawan-pahlawan perempuan yang memperjuangkan hak-hak mereka, untuk bersekolah, berpikir bebas, dan beperan aktif dalam masyarakat. Tidak hanya untuk mereka sendiri, tetapi untuk generasi setelah-setelahnya.

Walaupun sudah banyak perjuangan dan jerih payah, era saat ini masih banyak yang berpikir menggunakan pemikiran-pemikiran kuno. Bahwa perempuan tugasnya hanya di rumah dan di dapur, dan kenapa harus bersekolah tinggi-tinggi? Bahkan di era ini masih marak juga terjadi pernikahan dini karena faktor ekonomi, rendahnya pendidikan, atau bahkan karena adat istiadat.

Padahal dulu Raden Ajeng Kartini sampai melanggar tradisi atau adat Jawa yang melarang gadis bangsawan keluar setelah akil balig. Karena hal itulah semangat perjuangannya muncul. Dia belajar secara mandiri dan menulis surat untuk teman-teman Belandanya.

Surat itu berisi sebuah kritikan dan menyuarakan keinginannya agar perempuan bisa memilih jalan hidupnya sendiri. Dari hal itulah terbitlah kata “Door Duisternis tot Licht” yang artinya habis gelap terbitlah terang. Kisah perjuangan RA. Kartini ini tidak hanya mengubah nasibnya akan tetap juga nasib masyarakat Indonesia, khususnya bagi kaum perempuan.

Kesetaraan Sosial-Politik

Selain pendidikan, hak-hak lain yang harus perempuan dapatkan dalam konteks kesetaraan gender adalah dalam hal sosial dan politik. Maria Walanda Maramis merupakan salah satu perempuan yang berperan penting dalam hal ini. Dulu, peran perempuan dalam hal kemasyarakatan dan politik dianggap tidak pantas. Namun, ia membuktikan bahwa anggapan itu salah, ia membuktikan bahwa perempuan juga bisa memiliki kemampuan berpikir kritis, memimpin, dan dapat berkontribusi bagi bangsa.

Baca Lainya  Musik Arab dan Konsentrasi Belajar

Melalui organisasi Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT), dia berusaha memberdayakan perempuan agar tidak hanya berperan dalam rumah tangga, tetapi juga dalam masyarakat. Maria mengajari perempuan-perempuan untuk membaca, menulis, mengasuh anak, dan sebagainya.

Selain itu, Maria juga menyuarakan hak-hak perempuan agar berpartisipasi dalam pemerintahan dan pemilihan. Dia menuliskan pendapatnya di surat kabar, sampai akhirnya pemerintah Hindia Belanda memberikan izin kepada kaum perempuan untuk mengikuti pemilihan umum. Kebetulan hal tersebut dulunya hanya bisa dilakukan oleh kaum laki-laki.

Perjuangan Maria dilakukan bukan untuk menyaingi laki-laki. Akan tetapi, untuk membuktikan bahwa perempuan juga bisa berkontribusi terhadap bangsa. Berkatnya, sampai sekarang perempuan dapat mengikuti pemilihan umum dengan adil. Sekaligus menjadikan perempuan agar berani bersuara dan aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu mereka juga mendapatkan kesempatan untuk duduk di kursi pemerintahan.

Menurut saya, semangat perjuangan Raden Ajeng Kartini dan Maria Walanda Maramis masih relevan di era saat ini. Walaupun saat ini bisa dibilang perempuan sudah lebih luas cakupan pendidikan dan pekerjaannya, tapi masih ada ketimpangan yang perlu dihilangkan. Umumnya terjadi di daerah-daerah terpencil di Indonesia. Terutama dalam hal pendidikan, sosial, dan politik yang umumnya terjadi karena faktor ekonomi, adat istiadat, dan lain sebagainya. Menurut saya, orang-orang di dareah tersebut hanya perlu sebuah edukasi dan motivasi.

Selain itu, sebuah dukungan juga perlu agar mereka berani untuk keluar dari zona tersebut, berani untuk mengutarakan pendapat dan berani untuk melakukan sesuatu yang baru yang baik untuk mereka. Tidak hanya untuk perempuan, kesadaran diri dari seorang laki-laki juga penting untuk mendukung kesetaraan gender. Sebagai seorang laki-laki, saya pikir penting untuk mendukung perjuangan perempuan untuk mendapatkan haknya, karena pada perjuangan mereka bukan untuk menunjukan siapa yang lebih unggul atau lebih hebat, tetapi untuk berjalan bersama menuju kemajuan, keadilan, dan kemanusiaan.[]

Baca Lainya  Pengaruh Lingkaran Teman terhadap Kesehatan Mental

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *