Di era digital saat ini, hadirnya media sosial telah menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan dari keseharian banyak perempuan di Indonesia. Medsos yang seharusnya menjadi tempat berbagi kehidupan, justru sering berubah jadi cermin yang memantulkan citra diri yang sudah terpoles. Dengan aplikasi seperti Instagram, TikTok dan lainnya, perempuan dapat menampilkan versi terbaik diri mereka.
Banyak perempuan merasa perlu menyesuaikan diri dengan standar kecantikan dan pandangan sosial yang sedang tren. Di balik tampilan tersebut, sering kali terdapat tekanan tak terlihat yang memengaruhi kepercayaan diri dan citra diri. Tulisan ini berusaha merefleksikan dua dunia yang perempuan tampilkan secara publik dan pengalaman pribadinya.
Medsos menetapkan standar kecantikan yang sangat sulit tergapai dan cenderung tidak nyata. Bukan tanpa alasan, karena banyak konten yang mempertontonkan kesempurnaan fisik, di antaranya wajah tanpa noda, tubuh idaman, dan gaya hidup ideal. Sebuah penelitian di Indonesia mengonfirmasi bahwa terdapat kaitan antara tingginya frekuensi penggunaan medsos dengan menurunnya kepuasan perempuan terhadap citra tubuh mereka (Lukman, Muis, & Hamid, 2023).
“Medsos menciptakan ilusi kesempurnaan melalui mekanisme ‘filter’, baik yang harfiah (fitur edit foto) maupun kiasan (kehidupan yang terpoles).”
Merasa bahwa penampilan atau tubuh tidak memenuhi standar yang ada di medsos adalah kecenderungan umum bagi perempuan yang sering menggunakannya. Selain itu, rasa rendah diri (inferioritas) bisa berkembang karena adanya tekanan untuk diterima dan tampil menarik di lingkungan daring (Amalia, Noviekayati, & Ananta, 2022).
Ilusi Kesempurnaan
Medsos menciptakan ilusi kesempurnaan melalui mekanisme “filter”, baik yang harfiah (fitur edit foto) maupun kiasan (kehidupan yang terpoles). Fitur ini membantu menampilkan wajah lebih ‘cantik’ atau lingkungan lebih estetik, yang memicu perbandingan sosial secara intens.
Perbandingan ini tidak sehat karena kita membandingkan realitas diri kita dengan versi terbaik orang lain yang sudah mendapat pengeditan. Sebuah laporan menyatakan medsos memperburuk “standar kecantikan yang tidak sehat” di kalangan remaja Indonesia. Pada akhirnya menurunkan kepercayaan diri dan berpotensi menimbulkan gangguan citra tubuh (Shally dan Asteria, 2024).
Aksesibilitas dan pengaruh medsos yang masif menuntut perempuan memenuhi ekspektasi “kesempurnaan” (kulit cerah, tubuh langsing, hidup glamor), baik dari luar maupun internal. Hal ini memicu disonansi, konflik antara ‘diri yang asli’ dan ‘diri yang terpajang’ ketika kenyataan tidak sesuai dengan citra ideal tersebut, sehingga menimbulkan rasa tidak layak atau takut tampil apa adanya.
Ruang Ekpresif
Di sisi lain, medsos juga menawarkan manfaat positif, seperti ruang berekspresi, pembentukan komunitas, dan dukungan timbal balik. Riset bahkan menemukan bahwa platform digital membantu perempuan perkotaan Indonesia mengakses info, meningkatkan kesadaran diri, dan mendorong kewirausahaan.
Untuk membangun kepercayaan diri perempuan di era sekarang, beberapa langkah penting bisa mereka lakukan. Pertama, meningkatkan literasi digital dan kesadaran media, memahami bahwa apa yang terlihat di medsos bukanlah keseluruhan realita. Kedua, mendorong penerimaan terhadap keragaman tubuh, wajah, dan penampilan, menghargai ‘diri asli’ tanpa harus selalu meniru standar mainstream. Dan, ketiga, menciptakan lingkungan daring yang mendukung dan terbuka, perempuan berbagi kisah nyata, tanpa filter atau editing ekstrem, bisa membantu menormalisasi keaslian dan mengurangi tekanan tampil sempurna.
Mari kita melihat lebih dalam bagaimana medsos dan standar kecantikan memengaruhi perempuan. Bukan hanya dari apa yang tampak, tetapi dari apa yang terasakan. Di balik gemerlap tampilan, ada perjuangan menemukan rasa percaya diri dan menerima diri sendiri apa adanya. Dengan adanya pemahaman diri dan dukungan dari lingkungan sosial, perempuan Indonesia dapat menyeimbangkan antara kehidupan nyata dan citra diri yang tampak sempurna di medsos, sehingga mampu membangun rasa percaya diri yang sejati di tengah dunia yang terus menuntut kesempurnaan.[]

