Fatimah Mernissi: Feminis Muslim Pejuang Reinterpretasi Teks Islam

Fatimah Mernissi

Terlahir sebagai seorang muslim di daerah yang mayoritas muslim, rupanya tidak menenutup kemungkinan tetap mendapat perlakuan diskriminasi terhadap perempuan. Fatimah Mernissi merupakan seorang feminis, sosiolog, dan penulis asal Maroko. Lahir pada 27 September 1940 di Fez, Maroko dan meninggal dunia pada 30 November 2015 di Rabat, Maroko.

Perjalanan hidup menuntunnya untuk berjuang membela kesetaraan gender, hal tersebut terjadi karena ia mengalami diskriminasi gender dan merasa terbatas dalam melakukan aktivitas sosial maupun politik. Namun, sebagai seorang akademisi dan aktivis feminis, Mernissi tergerak untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dan kesetaraan gender yang terfokus pada kondisi diskriminasi masa kontemporer, khususnya dalam masyarakat Muslim di Afrika Utara dan Timur Tengah. 

Dalam kajiannya yang kritis terhadap peran perempuan dalam Islam serta advokasinya untuk kesetaraan gender di masyarakat muslim. Karya-karya Mernissi banyak menentang interpretasi tradisional terhadap teks-teks Islam yang kerap kali tersalahartikan untuk membenarkan ketidaksetaraan gender.

Interpretasi Karya

Salah satu karyanya yang paling berpengaruh dari Mernissi berjudul Beyond the Veil: Male-Female Dynamics in Modern Muslim Society (1987). Merupakan hasil analisis dinamika hubungan gender dalam masyarakat muslim modern. Dengan fokus khusus pada bagaimana norma-norma sosial, budaya, dan agama membentuk peran laki-laki dan perempuan. Mernissi mengkaji bagaimana ajaran-ajaran Islam mengenai peran gender mendapat interpretasi dan implementasi dalam berbagai masyarakat muslim. 

Hal itu yang kemudian memantapkannya untuk terus meneliti teks-teks keagamaan, seperti Al-Qur’an dan Hadis. Serta bagaimana interpretasi terhadap teks-teks ini sering kali tergunakan untuk memperkuat struktur patriarki. Buku tersebut juga membahas secara mendalam bagaimana pengaruh kombinasi antara ajaran agama, tradisi sosial, dan dinamika kekuasaan atas konstruksi gender dalam masyarakat muslim. Paparan tersebut mendorong khalayak untuk mempertanyakan kembali asumsi-asumsi tradisional tentang peran gender dan melihat kemungkinan reinterpretasi ajaran Islam yang lebih mendukung kesetaraan gender.

Baca Lainya  Maria Walanda Maramis: Pahlawan Pendidikan Sulawesi Utara

Katarsis Kesetaraan

Fatimah Mernissi percaya bahwa Islam, pada intinya, adalah agama yang mendukung kesetaraan gender. Namun, dia berpendapat bahwa interpretasi dan implementasi ajaran Islam telah mendapat pengaruhnbudaya patriarki yang mengarah pada diskriminasi terhadap perempuan. Oleh sebab itu, ia tergugah untuk reinterpretasi terhadap teks-teks keagamaan seperti Al-Qur’an dan hadis untuk mengembalikan esensi egaliter dari Islam.

Dalam kajiannya ia juga memfokuskan pada hadis-hadis misogini (baca: kebencian terhadap perempuan) dan mengkritik struktur patriarki yang dominan dalam banyak masyarakat muslim. Menurutnya, patriarki menggunakan agama sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan dan kontrol atas perempuan.

Ia menunjukkan bagaimana norma-norma sosial dan hukum-hukum agama sering kali dimanipulasi untuk menjaga dominasi laki-laki bahkan dalam karyanya. Mernissi sering membahas bagaimana perempuan dalam sejarah Islam sebenarnya memiliki peran yang signifikan dalam politik dan kehidupan sosial. Namun kerap kali terabaikan atau tertutupi oleh narasi sejarah yang terdominasi laki-laki. 

Mernissi menyoroti perempuan-perempuan kuat dalam sejarah Islam sebagai bukti bahwa Islam tidak menentang kepemimpinan perempuan. Dia mengkritik stereotipe dan prasangka yang sering kali melekat pada perempuan muslim oleh masyarakat Barat. Ia mendorong dialog yang lebih mendalam dan pengertian yang lebih baik antara Timur dan Barat mengenai isu-isu gender dan berusaha membangun jembatan antara ajaran agama yang egaliter dengan kebutuhan masyarakat modern untuk menghormati dan mempromosikan kesetaraan gender.

Andil Besar

Pandangan dan pemikiran Mernissi telah memberikan banyak kontribusi besar bagi pemikiran feminis di dunia muslim dan menginspirasi banyak perempuan untuk menuntut hak-hak mereka dalam rangka keadilan sosial dan agama. Melalui gagasanya, pesan yang Mernissi sematkan yakni pentingnya kesetaraan gender, keadilan, dan reinterpretasi ajaran Islam untuk memberdayakan perempuan. Menekankan bahwa ajaran Islam sebenarnya mendukung kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dan mengajak kembali untuk reinterpretasi teks-teks keagamaan agar dapat menghilangkan distorsi patriarki yang telah menghalangi perempuan dari hak-hak mereka. 

Baca Lainya  Intelektualitas Perempuan dan Gerak Ilmu Pengetahuan

Melalui tekad yang kuat, Fatimah Mernissi juga percaya bahwa dengan pendidikan menjadi kunci awal untuk pemberdayaan perempuan. Ia mendorong perempuan untuk belajar dan memahami sejarah serta tradisi mereka sendiri agar dapat berperan aktif dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan setara.

Pentingnya mengakui peran dan kontribusi perempuan dalam sejarah Islam yang sering kali terabaikan. Selain itu menciptakan kultur masyarakat untuk merevisi narasi sejarah yang telah mengecilkan peran perempuan dan merayakan kisah-kisah perempuan kuat dalam sejarah. Bahwa perempuan harus memiliki otonomi dan kemandirian dalam  hidup serta berhak atas kebebasan untuk membuat keputusan sendiri, baik dalam urusan pribadi maupun publik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *