Patah Yang Tak Berujung Darah, Mengapa?

Banyak patah menuju entah yang tak terbantah Mengubur mimpi yang tak mungkin sampai Meredam asa penuh dengan amarah Mencibir takdir yang tak pernah berakhir Pikirannya memberontak Relungnya terkoyak Hatinya membara Kuasanya tiada daya Masihkah ada cahaya dalam kelamnya malam? Masihkah ada angin dari gersangnya harapan? Masihkah ada hujan bagi tandusnya kemungkinan? Perempuan itu menadah Berbisik…

Baca Lanjut

Kepada Perempuan

Kepada perempuan, merah-merah memeriahkan marah meremehkan kalah merayakan patah menepis parah menolak pasrah melepas pelik dari hubungan rumit diam-diam menahan sakit terdengar hatinya menjerit berusaha bangkit namun kau tolak untuk kembali merakit. Kepada perempuan, kita hanyalah kata kehilangannya pun tak apa tak menjadikanmu terluka karena tak melulu hati melainkan logika. Kepada perempuan, biar saja begini…

Baca Lanjut

Asuhmu Tak Lagi Asih

Asuhmu tak lagi asih Menjadikan rumah tak lagi ramah Membawa petaka menjadikannya celaka Membiarkanku terluka dari liku yang kau cipta Ironis, miris. Ketika kutahu napasmu berubah menjadi nafsu Memintaku penuh desah demi basahmu yang penuh gairah Aku kalah, memasrah, memendam menahan amarah Sedang kau masih meronta, menyuruhku berkali-kali tanpa peduli aku tak bergerak lagi.

Baca Lanjut

Ibu, Aku, & Anakku

Sejenak Terbaring pilu jua lemas Mengapa Begini? Pikirku kala itu Ternyata Memang takdir telah membuatnya ada Sembari menyadari Terlintas Perempuan itu Masih Terlelap dalam ketakutan Meratapi bagaimana esok Terjalani dengan baik nuansa ketakutan melanda Ah Pikirku.. Bagaimana bisa? Darah Nanah Pedih Resah Melanda tak karuan rasanya sedangkan Ia ? Tak tahu harus mengapa? Sedang ia…

Baca Lanjut