Aulia Normalita

Editor Nisa.co.id, Dosen UIN Raden Mas Said Surakarta

Sikap Diam Perempuan

Suara (Diam) Perempuan: Konsep Anggapan tak Percaya Diri

Perempuan kerap kali tidak berani menyuarakan hal-hal kecil. Misalnya bersuara soal berargumen di kelas, forum, organisasi, atau lingkup keseharian yang melibatkan banyak orang. Ketidakberanian tersebut membuat perempuan tak percaya diri. Dengan begitu, ketika hendak menunjukkan “inilah aku” kepada khalayak, keberaniannya perlahan tenggelam, bahkan karam. Terkadang penyebab hal itu karena cara berpikir perempuan sendiri. Padahal, bila…

Baca Lanjut

Makna “Cantik” sebagai Citra Diri Perempuan

Masyarakat kerap kali menciptakan standar kecantikan dengan beragam hal. Standar tersebut membuat perempuan menggebu untuk mencapainya. Misalnya, perempuan harus menarik, mengikuti tren, kosmetik, sempurna, dan cantik. Keseluruhan itu, perlahan menjadikan perempuan terkesan memaksakan cita-cita cantik sesuai harapan melalui cara tidak sehat dan realistis, bahkan ekstrem. Hal ini terbuktikan dengan fenomena kecantikan yang terus berkembang, misalnya,…

Baca Lanjut

Siti Sarah: Memaknai Keluhuran Hati Seorang Istri

Momentum Iduladha tidak dapat terpisahkan dari kisah ketaatan Nabi Ibrahim yang mendapat perintah Allah untuk menyembelih putranya, Ismail. Kisah ini kemudian menjadi suatu pengingat bagi orang muslim setiap kali menjelang hari raya Iduladha. Namun, jauh sebelum itu terjadi kisah yang jarang terulas dan tidak banyak terperbincangkan adalah kebesaran hati seorang perempuan di balik perjuangan Nabi…

Baca Lanjut

Demam Suhita: Mengarungi Ketabahan Alina dan Ketangguhan Rengganis

Film tanpa antagonis yang justru membuat penonton menangis, akhir-akhir ini kerap bersliweran di berbagai media. Film berjudul Hati Suhita merupakan adaptasi dari produk karya sastra berupa novel Best Seller karya Khilma Anis. Setelah resmi tayang pada 25 Mei 2023 lalu di seluruh bioskop Indonesia, film tersebut sukses membanjiri dunia perfilman. Film yang mengisahkan mengenai perjodohan…

Baca Lanjut

Kepada Perempuan

Kepada perempuan,merah-merah memeriahkan marahmeremehkan kalah merayakan patah menepis parah menolak pasrah melepas pelik dari hubungan rumit diam-diam menahan sakitterdengar hatinya menjerit berusaha bangkit namun kau tolak untuk kembali merakit. Kepada perempuan, kita hanyalah kata kehilangannya pun tak apa tak menjadikanmu terluka karena tak melulu hati melainkan logika. Kepada perempuan,biar saja beginimerayakan patah hati memestakan diri…

Baca Lanjut

Komoditas: Eksistensi Budaya Konsumtif Menjelang Lebaran

Konsumsi pakaian bagi perempuan bukan lagi sekadar keinginan semata, melainkan telah berubah menjadi kewajiban yang, bila “tidak” tercapai, dapat menimbulkan kegelisahan. Hal ini tertandai dengan terinternalisasi dalam rasionalitas berpikir masyarakat dan teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga konsumsi yang telah beroprasi pada masyarakat membentuk suatu budaya berupa konsumerisme. Mengutip dari Rene Descartes bahwa dahulu ungkapan “Cogeto…

Baca Lanjut

Asmaraloka: Tradisi Perjodohan di Pesantren

“Tradisi kuno dari buku tua menjelaskan bahwa seorang putra dari bangsa kesatria tidak boleh menikah dengan seorang putri dari bangsa Brahmana. Namun, seorang putra dari bangsa Brahmana boleh menikahi perempuan dari bangsa kesatria. Tradisi tersebut semata-mata untuk menjaga agar kaum perempuan dari bangsa Brahmana tidak diturunkan ke status kasta yang lebih rendah.“ Kalimat di atas…

Baca Lanjut

Menyelami Pergulatan Batin Perempuan

“…Aku bukan ratu. Akulah menjangan yang terluka dan ingin berlari sejauh-jauhnya” Alina Suhita Kalimat tersebut seolah menyelami relung benang merah novel Hati Suhita. Novel yang berhasil mengemban Best Seller di tahun 2019 dan akan rilis di bioskop pada tahun 2023 ini adalah novel ketiga Khilma Anis. Sebelumnya novel pertama karya Khilma Anis adalah Jadilah Purnamaku…

Baca Lanjut

Asuhmu Tak Lagi Asih

Asuhmu tak lagi asihMenjadikan rumah tak lagi ramahMembawa petaka menjadikannya celakaMembiarkanku terluka dari liku yang kau ciptaIronis, miris. Ketika kutahu napasmu berubah menjadi nafsuMemintaku penuh desah demi basahmu yang penuh gairahAku kalah, memasrah, memendam menahan amarahSedang kau masih meronta,menyuruhku berkali-kali tanpa peduli aku tak bergerak lagi.

Baca Lanjut