“Hidup terlalu keras untuk menjadi perempuan manja”
Perjalanan sebagai seorang pemula pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di area kampus Islam membuka banyak dimensi. Salah satunya, dalam proses kegiatan manajerial semacam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, hingga pengendalian atau proses evaluasi sebagai bentuk perbaikan dari jalannya usaha. Melalui penerapan konsep manajerial yang jelas, para pelaku UMKM akan terbiasa dengan kedisiplinan, tanggung jawab, dan hasil yang baik dalam setiap prosesnya.
Sepakat dengan pakar manajemen Goerge R. Terry dalam bukunya Prinsiples of Management, poin manajemen terpraktikkan untuk menentukan arah, maksud, dan tujuan yang telah seseorang tentukan agar kelak dapat memberikan manfaat serta memaksimalkan sumber daya yang tersedia seefektif mungkin. Tapi begitulah teori, kadang tak selalu mulus dengan implikasi. Setidaknya, dalam proses manajerial yang demikian, perhitungan untung-rugi, efektif-tidaknya dapat terantisipasi.
Salah duanya, untuk menjalankan UMKM ialah perihal pemberdayaan sumber daya manusia. Secara sederhana, tawaran produk dagangan bukan jenis dagangan yang rumit, hanya es teh dan beberapa varian minuman kemasan sebagai pendukung untuk menambah ragam pemandangan stand agar tidak terkesan sepi. Dalam kesederhanaan perjalananan UMKM tersebut, saya justru menemukan ujung tombak yang menawarkan benang merah dalam wujud pemberdayaan orang, khususnya perempuan. “Perempuan yang berdaya, memberdayakan perempuan lain,” konon begitu kalimatnya.
Berdaya dan Memberdayakan
Banyak hal dan cara untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan perempuan agar turut serta berpartisipasi aktif dalam berbagai sektor kehidupan. Termasuk ekonomi, termasuk pula “hanya” dengan jualan es teh. Bukan tidak mungkin, melalui UMKM, perempuan dapat menunjang perekonomian pribadinya dan keluarga pada umumnya. Ya, itu, dengan cara memperoleh penghasilan sendiri, mendorong agar mampu mandiri, dan memberikan wadah bagi perempuan lain untuk terus berkembang. Pemberdayaan perempuan dengan mengupayakan cara strategis ini, secara perlahan dapat meningkatkan peran dan kesejahteraan perempuan dalam perekonomian.
Ketika perempuan melek pada kemampuannya dan mahir dalam memanfaatkan setiap kesempatan, niscaya ruang terbuka untuk berdaya akan terbuka. Sebaliknya, apabila gengsi masih menempati urutan nomor satu, perempuan akan sulit maju. Ia akan tertahan oleh batas yang ia ciptakan sendiri. Pernyataan “Dunia terlalu keras untuk menjadi perempuan manja” di atas, saya rasa, masih sangat relevan untuk menjadi petuah bagi kaum perempuan sekarang.
Memberikan gambaran bahwa kehidupan yang realistis membutuhkan upaya untuk terus berdaya, di manapun perempuan berada. Bukan hal mudah, bersedia bekerja dan mempekerjakan mahasiswa di lingkungan kampus yang mayoritasnya adalah mahasiswa. Maka, UMKM semacam ini menjadi ajang melatih dan memberdayakan perempuan di lingkungan sekitar untuk terus tumbuh dan berani maju melewati batas perspektif yang ia yakini sendiri.[]