Pada perempuan, ribuan pengandaian tersemat.
Menuai ragam kata menggubahnya menjadi frasa.
Beberapa frasa bahkan sengaja menjadi para Tuan sebagai klausa kaya makna.
Beberapa lagi mengemasnya sebagai klausa minim harga.
Sebagian menafikan keelokannya,
sebagian lagi mengijabkan keanggunan perempuan.
Pada perempuan dengan segala musim yang terlampir.
Badai tak akan lahir bila angin tak diundang hadir.
Kemarau berkepanjangan mesti ditempuh bila kebajikan dibalas dengan angkuh.
Lebih lagi hujan yang jatuh, tak akan sampai pada banjir bila laku mu penuh adil.
Pada kaum hawa yang berlimpah warna.
Merah tak melulu amarah, bisa jadi ia bermakna menyerah.
Kuning tak semata-mata kebahagiaan, bisa saja ia merupa kesedihan.
Hijau tak hanya subur, kerap kali ia mewujud hancur.
Padanya dengan segala nada.
Kiranya para Tuan tak akan mengalunkan,
bila yang terjamah hanya sebatas lirik, bukan dinamik.