Pasya Pratiwi Toiti merupakan Ketua Osis di MAN 1 Gorontalo. Ia juga aktifdi organisasi sekolah lainnya. ia terkenal sebagai murid multitalenta dan berprestasi. Segala prestasi pernah ia dapat seperti juar fotografi di Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional atau FLS2N tingkat Kabupaten Gorontalo pada 2023. Namun sayang, sejak menjadi sorotan publik, karena video dirinya mendapat tindak asusila gurunya, orang-orang melupakan hal itu, bahkan malah menghakiminya.
Video tersebut bermula kala seorang temannya berseragam pramuka menyembunyikan kamera untuk mengetahui kebiasaan Pasya dan seorang guru di sebuah ruangan. Selang beberapa menit, Pasya dan seorang guru lelaku, bernama David Hakim, memasuki ruangan tersebut dan melakukan hal yang tak senonoh. Konon, mereka terungkap sudah melakukan tindakan asusila sejak September 2022.
Beragam komentar warganet meramaikan dinding medsos penyebar potongan video tersebut. “Yaalloh kok tega2nya ya si oknum guru itu menjadikan hancurnya masa depannya.” tutur warganet bernama Hari. Tak kalah, warganet Iwan juga menyumbang nasihat, “Tetap semangat Pasyaa, lanjutkan perjuanganmu dan jadikan khilafmu ini sebagai pengalaman pahit dalam hidupmu”.
Ancaman Sepihak
Berbagai tuaian pro dan kontra warganet lontarkan seakan Pasya menerima perlakuan asusila tersebut tanpa paksaan. Padahal Pasya menuturkan bahwa ia terpuruk atas peristiwa tersebut. Pasya memberi klarifikasi bahwa suatu hari ia mendapat perlakuan dan ucapan tidak pantas dari David Hakim, gurunya tersebut. Awalnya, ia tak menanggapi serius perlakuan David tapi semakin ke sini David mulai menyentuh pundak dan merangkulnya.
Ia belum menyadari bahwa perlakuan tersebut sesuatu yang tidak wajar. Pasya mengira tindakan asusila tersebut merupakan bentuk kasih sayang seorang ayah kepada anaknya. Tetapi ternyata penilaiannya salah saat David mulai memeluk dan menyentuh bagian vital di tubuhnya. Awalnya Pasya menolak tetapi David mengancam akan mengeluarkan dirinya dari sekolah. Pada akhirnya, David terbiasa menyetubuhi Pasya.
Dalam kondisi tersebut, Pasya ragu dan bingung hendak bercerita kepada siapa. Sebab ia sudah tak memiliki kedua ornag tua. Sementara untuk bercerita kepada teman, ia malu sebab takut mendapat hinaan dan ledekan. Hingga ia pun tak berani melapor kepada guru lain karena ia tak memiliki bukti yang kuat. Lewat jalan tersebar video tersebutlah, Pasya justru merasa bersyukur. Artinya ia telah terbebas dari kebobrokan tindak asusila David, gurunya sendiri.
Efek Jera dan Pesan
Di lain sisi, pengakuan istri David bahwa ia sudah melaporkan hubungan suaminya dengan Pasya. Namun tanggapan David mengelak seakan tak peduli atas laporan tersebut. Pada akhirnya, David Hakim terjerat hukuman penjara 5 sampai 15 tahun sesuai Pasal 81 Ayat 3 UU No. 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak. Namun, hukuman penjara tersebut kemudian mendapat tambahan 3 tahun lantaran pelaku merupakan tenaga pendidik.
Kasus ini terjadi, sedikitnya karena ketidakmampuan Pasya untuk berani melawan David, gurunya sendiri. Andai Pasya berani mengungkapkan kejadian itu kepada guru lain, kemungkinan kasus itu tidak akan menjadi besar seperti sekarang. Perempuan sejatinya harus tetap berani dalam menghadapi masalah dan berbicara terbuka tentang apa yang ia sedang hadapi. Jangan ragu untuk melaporkan setiap tindakan pelecehan. Kita perlu diajarkan untuk waspada dan berani berbicara jika merasa tidak nyaman dengan tindakan orang dewasa, walaupun itu adalah orang yang dipercayai.
Dalam kasus ini, dapat diambil betapa pentingnya peran keluarga, teman, dan dukungan sosial terhadap lingkungan sekitar. Pun betapa pentingnya pendidikan seks sejak dini sehingga dapat melindungi diri serta lebih siap menghadapi situasi tersebut. Kasus ini mengajarkan kita untuk selalu berani melakukan halyang kita anggap benar sekaligus berani mengungkapkan hal-hal yang kita anggap salah.