Di zaman modern saat ini muncul tren-tren baru di kalangan anak muda, terutama mahasiswa. Salah satunya yaitu penggunaan jilbab pasmina bagi mahasiswa muslim. Jilbab pashmina ini selain menjadi penutup aurat juga merupakan bagian dari style modern. Model style jilbab pasmina ini beragam sehingga menjadikan mereka dengan percaya diri mengekspresikan penampilannya dalam sehari hari.
Perkembangan zaman tersebut menunjukkan adanya peningkatan dalam berbusana dari awalnya bersifat sederhana menuju gaya lebih modern. Namun, di balik modern tersebut tetap mengedepankan nilai kesopanan. Tren jilbab pasmina ini bukan cuma soal penampilan, tapi juga mencerminkan bagaimana gaya hidup dan nilai keislaman berkembang di kampus.
Jilbab pasmina ini memiliki berbagai jenis bahan yaitu di antaranya; voal, ceruty, silk, jersey, viscose dan masih banyak lagi. Namun, saat ini jilbab pasmina yang sedang tergemari dan sedang menjadi tren mahasiswa yaitu pasmina turki (motif) dan pasmina jersey. Pasmina sendiri menjadi populer sejak beberapa tahun lalu ketika maraknya tren jilbab pasmina crinkle.
Kesan Menggunakan
Di kalangan mahasiswa, pasmina menjadi pilihan favorit karena bisa terpadukan dengan berbagai jenis pakaian sehingga menjadi outfit yang rapi. Penggunaan jilbab pasmina cocok dan lebih menarik untuk pergi ke kampus, kegiatan organisasi, maupun menghadiri acara formal seperti seminar. Pasmina mampu memberikan kesan anggun dan rapi sesuai aturan berpakaian. Banyak mahasiswa memilih pasmina karena mudah dibentuk dan dapat dikreasikan dalam berbagai model lilitan dan lipatan. Serta mampu menyesuaikan dengan bentuk wajah dan gaya berpakaian mereka.
“Bagi sebagian besar mahasiswa, menggunakan jilbab bukan sekedar menutup aurat, tetapi juga menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari komunitas muslim yang berkomitmen terhadap nilai-nilai keagamaan sekaligus terbuka terhadap perkembangan zaman.”
Perkembangan tren jilbab pasmina di kalangan mahasiswa biasanya terlatarbelakangi oleh media sosial seperti TikTok dan Instagram. Di dalamnya banyak selebgram serta kreator konten yang memberikan tutorial serta modifikasi dalam menggunakan jilbab pasmina. Serta konten-konten seperti fashionable, lifestyle of teenagers, atau fashion of gen z dan lainnya sehingga menarik perhatian mahasiswa serta anak muda untuk mengikuti tutorial tutorial tersebut. Mahasiswa sendiri merupakan generasi yang masih memiliki jiwa ingin mencoba banyak hal yang sedang menjadi topik pembicaraan saat ini, mereka tidak ingin tertinggal dengan tren yang sedang viral di media sosial.
Jilbab pasmina merupakan barang yang gampang kita temukan dan memiliki harga yang terjangkau sehingga menjadi alasan utama mengapa ia sangat mahasiswa cari. Harga pasmina terbilang murah dan ramah di kantong. Mahasiswa yang umumnya memiliki keterbatasan finansial dan cenderung berhemat, bisa membeli beberapa pasmina dengan harga murah tapi tetap tampil modis setiap hari. Variasi warna dan motif juga sangat beragam, memungkinkan pemakai menyesuaikan pasmina dengan jenis pakaian yang dia pakai. Beragamnya macam jilbab pasmina tersebut tersedia dengan lengkap di toko daring maupun luring.
Namun, di era sekarang justru banyak mahasiswa yang membuka usaha dan memanfaatkan media sosial dalam berjualan. Banyak mahasiswa yang menjual berbagai jilbab termasuk jilbab pasmina. Biasanya mereka tertarik membuka usaha jilbab karena melihat hal yang sedang viral dan tren, sehingga mereka tertarik membuat sendiri dari pada membeli. Karena jika mereka memproduksi sendiri maka akan lebih mengetahui selera bahan yang tergunakan dalam pembuatan jilbab pasmina. Hal itu juga yang membuat kalangan mahasiswa meminati jilbab pasmina.
Identitas dan Modernitas
Penggunaan pasmina di kalangan mahasiswa juga menjadi simbol identitas keislaman yang modern. Bagi sebagian besar mahasiswa, menggunakan jilbab bukan sekedar menutup aurat, tetapi juga menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari komunitas muslim yang berkomitmen terhadap nilai-nilai keagamaan sekaligus terbuka terhadap perkembangan zaman. Pasmina memberikan ruang bagi mereka untuk menampilkan diri sebagai muslimah yang aktif dan tidak tertinggal tren zaman sekarang. Dengan menggunakan pashmina, mahasiswi mampu menunjukkan bahwa menjalankan syariat tidak harus bertentangan dengan tampil menarik dan percaya diri.
Tren pasmina juga menimbulkan sejumlah tantangan dan pertanyaan. Beberapa pihak mengkhawatirkan bahwa penggunaan pasmina lebih terarahkan pada hal fesyen daripada nilai-nilai spiritual yang mendasari kewajiban berhijab. Gaya pemakaian yang terlalu longgar, tidak menutupi dada, atau penggunaan bahan transparan dapat menimbulkan kritik dari kalangan yang lebih sederhana.
Di lingkungan kampus sendiri, terjadi diskusi mengenai bagaimana cara berhijab yang benar dan sesuai dengan ajaran Islam. Fenomena ini menunjukkan adanya keragaman cara pandang terhadap konsep berbusana islami, dan mahasiswa menjadi bagian dari diskusi yang lebih luas mengenai bagaimana agama dan budaya berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan pasmina juga memberi dampak sosial yang menarik.
Mahasiswa yang mengikuti tren ini cenderung membentuk circle atau kelompok pertemanan yang memiliki selera berpakaian yang sama. Hal ini menciptakan solidaritas dalam gaya hidup. Namun, dalam hal ini muncul pula tekanan sosial bagi mahasiswa yang tidak mengikuti tren untuk merasa kurang update. Tekanan semacam ini kadang berujung pada perilaku konsumtif, di mana seseorang merasa harus selalu membeli model pashmina terbaru demi mendapat pengakuan dari lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, perlu adanya kesadaran bahwa berbusana tidak semata-mata demi penampilan luar, tetapi juga harus selaras dengan kenyamanan dan nilai pribadi masing-masing.
Tren penggunaan jilbab pasmina di kalangan mahasiswa membuktikan bahwa generasi muda muslimah juga dapat mengikuti perubahan zaman tanpa melupakan nilai-nilai syariat agama. Bagi sebagian mahasiswi, pasmina bukan cuma soal gaya tapi cara menunjukkan jati diri sebagai muslimah masa kini. Meskipun muncul perdebatan mengenai cara berhijab yang benar, pada akhirnya pasmina membuka ruang dialog yang sehat tentang bagaimana menjadi muslimah yang relevan di era sekarang dan tetap mengikuti peraturan agama tanpa menyalahgunakan fungsi dari jilbab sebagai penutup aurat.[]

