Roleplay dan Fatherless bagi Remaja Perempuan

Kedekatan Ayah dan Anak Sumber Gambar: halodoc.com

اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ ۝٣٤

“Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita” (Q.S An-Nisa: 34)

Dalam ayat tersebut, Allah Swt. menegaskan bahwa kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. Ayat ini menjelaskan peran ayah tidak hanya sebagai pencari nafkah, melainkan juga sebagai pemimpin, pelindung, dan pendidik dalam keluarga. Maka dari itu, ketiadaan figur ayah—baik fisik maupun emosional—dapat menimbulkan kekosongan dalam jiwa anak. Terutama bagi remaja perempuan yang sedang mencari identitas dan membutuhkan figur pria sebagai panutan.

Anak adalah amanah yang Allah titipkan kepada sepasang suami istri, agar mereka mendidiknya untuk mengenal dan berbakti kepada orang tuanya, juga kepada Tuhannya. Dalam proses itu, kehadiran orang tua sebagai pembimbing sangatlah penting agar anak tumbuh di jalan yang oleh Tuhannya ridai. Kekompakan orang tua anak menjadi kunci agar tidak terjadi ketimpangan peran seperti fatherless atau motherless.

Kebutuhan Figur

Istilah fatherless merujuk pada sebuah keadaan ketika seorang anak tumbuh tanpa peran sosok ayah, baik akibat dari penelantaran, kematian ataupun perceraian. Dalam pernyataan masyarakat kita yang sosok ayah sering terlihat sebagai sosok pencari nafkah keluarga. Maka dari itu, banyak ayah merasa tugasnya hanya mencari nafkah, sedangkan pengasuhan dan mengurus rumah tangga adalah tugas ibu. Pola pikir ini membuat banyak ayah tidak banyak terlibat banyak dalam proses tumbuh kembang anak karena kesibukannya.

Akibatnya banyak anak yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan kehangatan emosional dari sang ayah. Terutama bagi remaja perempuan yang cenderung lebih sensitif secara emosional daripada laki-laki. Hal ini berdampak buruk bagi kepribadian anak, karena mereka yang kurang mendapat kasih sayang orangtua, terutama ayahnya, cenderung rentan mendapat perundungan. Pun terjalin dalam hubungan tidak sehat, kesulitan bersosialisasi, serta kesulitan memecahkan masalah.   

Baca Lainya  Pendidikan Perempuan dalam Tantangan Teknologi

Salah satu dampak nyata fenomena fatherless adalah banyaknya remaja, terutama perempuan, yang mencari pelampiasan melalui pacaran usia dini. Penelitian dari UNICEF menunjukkan, anak-anak yang tumbuh tanpa ayah lebih rentan mengalami ketidakstabilan emosional. Serta memiliki risiko lebih tinggi untuk terlibat dalam hubungan bermasalah selama masa remaja. Ini memperkuat bahwa ketidakhadiran ayah tak hanya memengaruhi perkembangan psikologis, tetapi juga mendorong remaja perempuan mencari pelampiasan emosional dari luar. Melalui hubungan percintaan dini atau dunia roleplay, misalnya.

Roleplay adalah permainan peran yang seseorang lakukan dengan menggunakan visual artis K-POP, aktor atau aktris terkenal, karakter anime, dan karakter gim. Dalam permainan ini memiliki aturan wajib terpatuhi, yakni para pemain tidak boleh mengungkapkan identitas asli seperti jenis kelamin, kota asal, visual asli, dan lain-lain. 

Dunia Imajinasi

Melalui roleplay, banyak remaja perempuan mengalami fatherless menciptakan relasi dengan lawan jenis “rekaan” yang sesuai dengan tipe ideal mereka. Dunia roleplay ini teranggap memberi ruang aman yang dapat menyalurkan kerinduan akan figur pria yang hadir, mendukung, dan memahami mereka sepenuhnya. Sesuatu yang mungkin tidak mereka temukan dalam kehidupan nyata, di keluarganya.

Beberapa penelitian menunjukkan, kehilangan figur ayah bisa berpengaruh signifikan pada perkembangan emosional anak perempuan. Menurut David Popenoe dalam bukunya Life Without Father (1996) menyatakan, “Ketiadaan ayah sangat berkaitan erat dengan kecenderungan anak perempuan untuk melakukan hubungan romantis di usia dini.” Remaja perempuan cenderung mencari pengganti sosok laki-laki yang dapat memberi rasa aman laiknya seorang ayah.

Contohnya, seorang remaja perempuan berinisial AN (18) diketahui menjalani hubungan percintaan sejak usia SMP, dan aktif dalam komunitas roleplay. AN  tumbuh tanpa kehadiran ayah karena perceraian orang tuanya. Ia merasa nyaman saat mendapat perhatian dari laki-laki, baik di dunia nyata maupun imajinatif. Kasus seperti ini menggambarkan bahwa fatherless mendorong pelarian emosional baik dalam dunia nyata maupun virtual

Baca Lainya  Sukses Menjadi Perempuan Mandiri

Roleplay dapat menjadi ruang pelampiasan emosi yang belum tersalurkan, sekaligus bentuk kompensasi dari kehilangan figur ayah dalam proses tumbuh kembang mereka. Dalam dunia roleplay, mereka bisa mengatur dinamika hubungan, menentukan bagaimana tokohnya memperlakukan mereka, dan membangun skenario yang memberi mereka rasa nyaman serta kendali. Semua ini menunjukkan bahwa peran ayah bukan sekadar hadir secara fisik, tapi juga secara emosional, ketidakhadiran itu bisa meluas hingga ke ranah psikologis dan sosial. 

Dengan demikian, fenomena fatherless tidak hanya berimplikasi pada pola pacaran remaja perempuan, tapi juga mendorong terbentuknya dunia alternatif sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi di kehidupan nyata. Ini menunjukkan betapa pentingnya kehadiran sosok ayah  bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara emosional dalam proses tumbuh kembang dan pencarian identitas seorang anak perempuan.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *