Mande Siti: Singa Minangkabau Perintis Kemerdekaan

Profil Siti Manggopoh

Pahlawan perempuan asal Minangkabau bernama Siti Manggopoh memang selalu menginspirasi. Kiprahnya yang mengharumkan tanah Minang menjadikannya tokoh perempuan nasional Sumatera Barat dalam catatan sejarah bangsa Indonesia.

Namun di era sekarang, nama Siti Manggopoh nyaris terlupakan. Sosoknya yang hangat sebagai ibu double burden yang mampu berjuang melawan penjajah menjadi perdebatan yang mengagumkan. Tidak mengherankan jika ia ternobatkan sebagai pahlawan dengan gelar Singa Minangkabau dengan jasa-jasa yang diakui pemerintah sebagai perintis Kemerdakaan.

Siti Manggopoh atau masyhur terpanggil Mande Siti lahir di Manggopoh, Agam, Sumatera Barat pada tahun 1880. Julukan sangar Singa Minangkabau tersebut ia dapat karena sosoknya yang begitu berani mengobarkan Peran Belasting (Bajak) terhadap Belanda pada 1908. Bahkan Belanda merasa kewalahan dengan keberadaan Siti Mande yang mampu pemimpin perang penyerbu benteng Belanda dengan menewaskan 53 dari 55 pasukan Belanda yang letaknya tidak jauh dari benteng Fort de Cock.

Gerakan Perlawanan

Sisi lain dari Mande Siti yang belum banyak orang ketahui adalah ia tidak memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Namun keteguhan dan kecerdasan yang ia miliki mampu memberikan pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam ilmu agama dan ilmu bela diri. Perjalanan juang yang ia lakukan, gerakan perlawanan yang ia korbankan membuatnya sangat lazim jika Siti Manggopoh terkenal sebagai perempuan mandiri yang tidak menggantungkan diri kepada orang lain.

Dengan bekal tersebut, Siti Manggopoh mampu memanfaatkan naluri perempuannya secara cerdas untuk mencari informasi untuk mengalahkan Belanda tanpa hanyut berbagai rayuan. Sejarah menjelaskan bahwa Belanda sempat menangkap Siti Mande. Ia mendekam di penjara selama 14 bulan di Lubuk Basung, Agam, 16 bulan di Pariaman, dan 12 bulan di Padang yang pada akhirnya bebas.

Baca Lainya  Catherine of Aragon: Duta Besar Perempuan Pertama Eropa

Pola gerakan Siti Mande tersebut tentu berbeda dengan gerakan perjuangan perempuan masa kini. Akan tetapi, terdapat persamaan daya juang tinggi bagi perempuan Indonesia, yakni tetap memberikan kontribusi di berbagi sektor baik publik dan domestik. Julukan Singa Minangkabau begitu membanggakan, begitupun dengan generasi sekarang yang menjadi harapan untuk dibanggakan.

Perjuangan Siti Manggopoh perlu menjadi inspirasi perempuan masa kini. Kiprahnya patut menjadi contoh dan role model gerakan perempuan tanpa memandang stigma dan double burden.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *