Sumber Gambar: freepik.com
Kehamilan menjadi peristiwa yang menakjubkan dan benar-benar ajaib dalam proses berumah tangga. Prosesnya bukan hanya istri saja yang melaluinya, melainkan terlakoni oleh suaminya juga. Selama prosesnya, istri mengandung, mengalami perubahan fisik, biologis, serta merasakan perkembangan fisologis yang unik. Dalam proses kehamilan itulah, peran suami dan istri harus berjalan selaras dan beriringan.
Salah satu hal penting dalam proses kehamilan adalah aspek empati. Empati adalah bagaimana individu mampu menaruh perasaaanya sebagaimana perasaan orang lain sehingga bisa mengerti dan menghargai perasaan orang lain. Empati membuat orang bisa memahami situasi dan kondisi yang orang lain rasakan. Dengan demikian maka orang yang menggunakan “empati” bisa memberikan respons dan sikap yang konstruktif.
Selama kehamilan, istri tidak hanya menghadapi perubahan fisik, tetapi juga emosional. Hormon yang bergejolak sering kali membuatnya merasa lebih sensitif, mudah cemas, atau bahkan mudah marah. Di sinilah peran suami menjadi penting.
Suami yang hadir secara emosional, mendengarkan tanpa menghakimi, dan memberikan kata-kata dukungan dapat membuat istri merasa terhargai dan terperhatikan. Sebaliknya, istri juga dapat mengapresiasi upaya suami dalam mendukungnya, sekecil apa pun itu, sehingga suami merasa terhormati dan terakui perannya.
Konsep Suami Siaga
Sosok suami sudah semestinya turut berempati dalam proses kehamilan. Meskipun suami tidak merasakan perubahan biologis sebagaimana istri mengandung, setidaknya bisa ikut mendukung kebutuhan yang istrinya perlukan. Misalnya, muncul istilah suami siaga. Suami siaga (siap, antar, jaga) adalah suami yang siap menjaga dan mengantar istri semasa kehamilan dan persalinan.
Sebagai suami siaga, suami harus bisa membantu memenuhi kebutuhan istri dan calon bayi, menjaga kesehatannya, mendampingi dan mengantarnya saat waktu persalinan tiba. Suami yang siaga selama masa kehamilan bisa memberi dampak positif untuk ibu hamil dan bayi dalam kandungan. Bagi ibu hamil, kehadiran suami siaga bisa mengurangi stres dan perilaku kesehatan negatif, serta meningkatkan perawatan prenatal.
Kehamilan menjadi pengalaman yang penuh tantangan, terutama ketika memasuki trimester kedua dan ketiga. Dengan ukuran perut yang semakin membesar dan ruang gerak yang terbatas, istri mungkin mengalami kesulitan dalam menyelesaikan berbagai pekerjaan rumah tangga. Oleh karena itu, suami dapat mengambil alih sebagian tanggung jawab pekerjaan rumah tangga untuk mendukung istri selama masa kehamilan tersebut.
Sebagai langkah awal, suami bisa mulai dengan pekerjaan rumah yang ringan, seperti mencuci piring, menyetrika pakaian, atau memasak hidangan sederhana. Sementara itu, untuk pekerjaan yang lebih berat, seperti membersihkan rumah secara menyeluruh atau mencuci pakaian dalam jumlah besar, suami dapat mencoba melakukannya sendiri jika mampu. Dengan mengambil peran aktif dalam pekerjaan rumah tangga, suami tidak hanya meringankan beban fisik istri, tetapi juga menunjukkan dukungan emosional yang sangat dibutuhkan selama masa kehamilan.
Kehamilan bukan hanya perjalanan seorang istri, tetapi perjalanan bersama. Selama masa kehamilan, suami dan istri belajar untuk lebih saling memahami, mendukung, dan menghargai. Kesalingan dalam relasi suami istri selama kehamilan tidak hanya bermanfaat untuk menghadapi tantangan saat itu, tetapi juga menjadi investasi jangka panjang. Hal ini dapat mempererat hubungan pasangan serta menciptakan suasana keluarga yang lebih harmonis.
Masyallah sangat bermanfaat.
Semoga tulisan ini kelak sebagai lonceng ketika sudah waktunya untuk ikut serta mengamalkan apa yang sudah menjadi tulisan yang begitu bermakna ini.
Terima kasih kak Dwi dan kak alfi atas berbagi ilmu dan pengalamanya. Sehat selalu