Nisa.co.id – Diskusi buku Moderasi Beragama: Reproduksi Kultur Keberagaman Moderat di Kalangan Generasi Muda Muslim karya Dr. Nur Kafid baru saja terselenggara. Serangkaian kegiatan berawal dari lomba esai dan resensi yang diikuti oleh sejumlah mahasiswa ini dihelat di aula lantai 2 Fakultas Ushuluddin dan Dakwah UIN Raden Mas Said Surakarta.
Acara berlangsung sejak pukul 8.30 sampai 12.00. Sejumlah 75 peserta hadir menyimak diskusi buku. Pengumuman pemenang lomba esai bertema “Semangat Moderasi Masa Kini: Gelora untuk Indonesia Penuh Warna” dan resensi buku Moderasi Beragama karya Dr. Nur Kafid juga turut serta memeriahkan acara diskusi buku tersebut.
Menariknya, para pemenang esai dan resensi diborong oleh mahasiswa Prodi Ilmu Al Qur’an dan Tafsir fakultas Ushuludin dan Dakwah. Dua di antaranya merupakan mahasiswa semester tujuh dan satu dari semester lima, yakni Sukmadi sebagai juara 1 kategori esai, Jihan Adiba Asy’ari kategori resensi yang mendapat juara 2, sedangkan Umi Nur Baity sebagai juara 3 resensi. Selebihnya pemenang dari lintas fakultas.
Diskusi Moderat
Dalam kegiatan ini, Dr. Nur Kafid dan Dr. Akhmad Ramdhon tampil sebagai narasumber. Sedang M. Taufik Kustiawan, M.H. merupakan moderator yang memandu prosesi diskusi. Buku yang dibedah adalah hasil konversi dari disertasi karya penulis, yang dipertahankan di UIN Syarif Hidayatullah pada tahun 2023.
Dr. Nur Kafid memulai presentasi sesi pertama. Dr. Nur Kafid mula-mula menyampaikan bagaimana proses kreaif saat menggarap disertasi buku ini. Jauh sebelum studi doktoral, Dr. Nur Kafid sudah aktif dalam kegiatan dialog lintas agama. Aktivisme sosial ini merupakan ruang pergulatan yang cukup intens oleh Dr. Nur Kafid sebagai penulis. Buku ini pun menjadi bukti pergulatan akademik dan nonakademik dalam waktu yang panjang, khususnya menyangkut isu-isu kegamaan di Indonesia.
Dr. Nur Kafid kemudian mengutarakan tentang pola interaksi dan cara pandang masyarakat Solo (Surakarta). Sebuah kota yang ada di Jawa Tengah, yang mengusung narasi khas Jawa. Citra kota Solo adalah kota yang ramah, halus, dan moderat. Menurut Dr. Nur Kafid, kota Solo memiliki “dinamika cukup kencang dan tensi sangat tinggi.” Dengan situasi tersebut, Dr. Nur Kafid mempunyai pertanyaan, mengapa di tengah-tengah masyarakat yang toleran, kenapa ada tensi yang cukup panas? Mengapa banyak individu atau kelompok yang terindikasi ekstremisme?
Moderasi beragama kian penting saat segregasi sosial dan politik identitas mulai meninggi. Potensi perpecahan bisa menjalar, dari satu inidividu ke individu yang lain, dari satu kelompok ke kelompok yang lain. Pemahaman dan praktik moderasi kemudian menjadi sebuah gerakan bersama yang urgen.
“Moderasi bukan hanya sebatas konsep, moderasi bukan hanya sebatas teori, tetapi sebuah praktik,” ungkap Dr. Nur Kafid.
Gejala Kebudayaan
Sesi berikutnya adalah pemaparan Dr. Akhmad Ramdhan. Dosen Sosiologi UNS ini membentangkan lanskap yang mendasari seruan moderasi sangat menggejala beberapa waktu belakangan. Dr. Akhmad Ramdhon kemudian menegaskan bahwa setiap generasi, punya logika dan argumentasi yang beda. Setiap generasi lahir dengan situasi zaman masing-masing.
Dr. Akhmad Ramdhan memulai pengisahan tentang budaya pop masa remaja. Dari budaya pop yang cukup tergandrungi inilah, Dr. Akhmad Ramdhon menelisik lebih jauh dalam rangka pengertian terhadap agama lain, praktik toleransi, sampai citra agama dalam budaya massa.
Secara lebih lanjut, Dr. Akhmad Ramdhan mengungkapkan bahwa situasi keberagamaan zaman sekarang tampak beku dan kering. Penghayatan dan pengertian mengenai kelompok lain semakin minim, sehingga sangat mungkin memupuk rasa intoleransi. Kondisi semacam mendapat momen usai Reformasi, dan semakin menguat dari tahun ke tahun, sampai saat ini. Dengan perkembangan situasi semacam, pengelola kampungnesia.org ini menandaskan pentingnya buku Moderasi Beragama ini.
Dr. Akhmad Ramdhan ini menutup presentasi dengan ucapan lantang, “Selamat bermoderasi!”