Refleksi Hari Ibu Nasional: Kemanusiaan dan Kebangsaan

“Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya Menuju Indonesia Emas 2045”

Kalimat tadi menjadi tema peringatan Hari Ibu Nasional tahun 2024. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Arifah Choiri Fauzi mengatakan, “Perempuan Menyapa” melambangkan keterlibatan aktif perempuan dalam berbagai aspek kehidupan. Aspek tersebut baik di tingkat keluarga, masyarakat, maupun dalam pembangunan bangsa. 

“Perempuan Berdaya” mencerminkan perempuan yang memiliki kekuatan, kemampuan, dan keberanian untuk menentukan jalan hidupnya memberikan kontribusi nyata serta memperjuangkan hak-haknya.  Sedangkan “Menuju Indonesia Emas 2045” mengingatkan pada visi besar bangsa untuk mencapai puncak kemajuan pada usia 100 tahun Indonesia merdeka. 

Menjadi harapan besar. Namun siapa ingat sejarah penting yang berhubungan dengan pergerakan perempuan Indonesia menjadi tonggak awal penetapan peringatan Hari Ibu Nasional?

Pangkal Gerakan

Peringatan Hari Ibu berawal dari pertemuan pertama organisasi perempuan yang terkenal dengan nama Kongres Perempuan Indonesia I. Kongres tersebut terselenggarakan selama empat hari pada 22-25 Desember 1928 di Gedung Dalem Joyodipuran, Yogyakarta. Kongres ini merupakan tonggak sejarah penting dalam perjuangan perempuan Indonesia. Dalam kongres tersebut, para perempuan Indonesia berjuang untuk kesetaraan, hak pendidikan, hak ekonomi dan hak suara politik bagi perempuan. 

Menjadi suatu hal yang lumrah tatkala perjuangan tersebut mendapatkan penghargaan dan apresiasi. Tak lain demi menghargai jasa para tokoh perempuan dan para Ibu di Indonesia. Maka, di hari pertama penyelenggaraan KPI I pada 22 Desember 1928 ditetapkan sebagai Hari Ibu (Keppres) Nomor 316 Tahun 1959.

Memaknai sejarah, tidak hanya sebatas membaca dan mengerti bagaimana para pendahulu kita berjuang demi bangsa dan negara. Akan tetapi generasi penerus bangsa harus turut andil berkontribusi dan mendorong kemajuan bangsa mencapai visi Indonesia Emas 2024.

Baca Lainya  Ruang Kemesraan Perempuan dan Kuliner

Pergulatan Keadilan

Tentu, sebagai aktivis pergerakan harus merefleksikan semangat dan nilai-nilai yang terusung dalam peringatan Hari Ibu. Dengan melek akan isu-isu yang bias kepada para korban terutama kaum perempuan, misalnya. Kepekaan terhadap sesama, kepeduliaan terhadap kaum lemah dalam berjuang menyuarakan hak-hak keadilan. 

Bu Nyai Dr. Nur Rofiah mengingatkan bahwa peringatan Hari Ibu di Indonesia merupakan Hari Pergerakan Perempuan Indonesia yang menjadi momentum penting sebagai Hari Ibu Kemanusiaan dan Ibu Kebangsaan. Dua kalimat kemanusiaan dan kebangsaan menjadi dua hal yang saling berkaitan. Hari Ibu Kemanusian di era sekarang menekankan pada bagaimana perempuan dan juga ibu sebagai sosok yang universal, yang cinta kasihnya tidak mengenal batas, perjuangannya tak mengenal waktu.

Sedangkan Hari Ibu Kebangsaan erat kaitannya dengan perjuangan perempuan Indonesia dalam merebut dan mengisi kemerdekaan. Maka jika teraplikasikan di era sekarang sosok Ibu Kebangsaan adalah para tokoh politik perempuan yang turut andil mengawal kebijakan demi melahirkan keputusan-keputusan yang adil terhadap sesama, khususnya kepada perempuan. 

Tentunya, hal ini menjadi gerakan bersama menjadi spirit pemanusiaan bagi para perempuan di Indonesia menuju cita-cita bangsa Indonesia kedepan. Perempuan memiliki hak yang sama untuk menampilkan diri di ruang publik. Perempuan juga bisa menjadi Ibu kemanusiaan sekaligus Ibu kebangsaan bagi kepentingan bersama. Maka, para perempuan Indonesia saat ini memiliki peranan penting di segala sektor, tidak melemahkan diri sebagai perempuan, akan tetapi tegas dalam pengambilan keputusan dan minim terhadap resiko.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *