Sumber Gambar: republika.co.id
Masih terekam di ingatan bagaimana prosesnya awal ingin mengajar ngaji anak-anak disabilitas di Sekolah Rumah Pintar Salatiga. Awalnya sempat ragu dengan kemampuan diri sendiri untuk belajar dengan mereka. Selain baru perdana melihat secara langsung anak disabilitas, juga baru pertama mengajari mereka. Karena itulah, ketika ada permintaan teman untuk membersamai mereka saya pun langsung menyampaikan pada suami dan keluarga.
Alhamdulillah semua memberi izin, bahkan mendukung. Allah pun juga memberikan jalan kemudahan untuk saya bisa beradaptasi dengan mereka semua. Hingga udi pertemuan pertama, saya sudah mendapat sambutan lewat respon yang mengesankan. Antusiasme anak-anak disabilitas dan para orang tua sangat luar biasa. Membuat hati merinding dan merasa terberkati.
Saya pun langsung mendapat sebuah pelajaran bernilai. Mereka, anak-anak disabilitas dan orang tuanya, bagi saya adalah orang-orang pilihan istimewa. Bagi saya, mengajar dan belajar bersama mereka adalah perjalanan penuh tantangan dan kebanggaan tersendiri.
Kandungan Pesan
Saya teringat pesan ibu Nyai Badriyah Fayumi dengan konsep “makruf” yang beliau ajarkan. Di mana dalam menerapkan relasi sosial harus senantiasa mengandung nilai kebaikan, kebenaran, kepantasan yang sesuai dengan syariat, akal sehat, dan pandangan umum suatu masyarakat.
Saya berusaha untuk bisa menerapkan makruf itu di tengah anak-anak disabilitas dan orang tuanya. Mengingat dengan keistimewaan mereka juga memiliki kewajiban yang sama dalam belajar mengaji.
Karena sebagaimana ibu Nyai Badriyah jelaskan, makruf juga sebagai salah satu prinsip relasi sosial, di samping prinsip keadilan, kesalingan, dan kerja sama.
Dengan melihat binar kebahagiaan yang terpancar dari wajah anak-anak dan para orang tua. Juga semangat belajar mengaji yang luar biasa mereja, saya pun merasa bersyukur. Setidaknya itu bisa menjadi indikasi bahwa kami mampu menerapkan relasi dengan makruf yang seperti oleh bu Nyai Badriyah ajarkan.
Yang membuat semakin terharu, antara satu dengan yang lain anak-anak juga selalu semangat untuk saling bantu. Saling merasa dekat dan berharga. Pembelajaran yang mulai pukul 12.30 sampai 13.30 tidak terasa selalu terasa kurang. Seminggu sekali terasa sangat sebentar.
Saya meyakini. Jika masyarakat umum mampu memiliki kesadaran untuk saling berbuat baik, dengan cara yang baik, dan pantas ke semua orang lakukan, tak terkecuali bagi mereka yang memiliki takdir istimewa (disabilitas). Tentu mereka juga akan merasa baik-baik saja dengan keistimewaannya. Mereka akan tetap menjadi pribadi yang percaya diri dalam menghadapi kehidupannya.
Menanamkan Afirmasi Positif
Tentulah penting senantiasa menanamkan afirmasi positif kepada anak-anak agar mereka kuat secara mental dan mampu menyikapi positif atas semua keistimewaannya.
Karena itulah, saya mengajarkan kepada mereka agar sebelum mulai pembelajaran, selalu mengawalinya dengan membaca Al-Fatihah terkhusukan untuk Rasulullah saw., beserta keluarganya, lalu para guru, serta orang tua. Kemudian lanjut dengan membaca doa sebelum belajar dan afirmasi positif.
Adapun afirmasi positif yang saya baca kemudian mereka ulangi bersama-sama. Teksnya begini:
Bismillahirrahmanirrahimโฆ.
Afirmasi, saya memiliki power yang luar biasa. Saya berwibawa. Karismatik. Bijaksana. Baik. Memiliki teman-teman yang baik. Saya hebat. Bisa belajar mengaji dengan baik dan benar. Saya bisa sukses muda, mulia dan sejahtera.
Ini saya terapkan dengan tujuan untuk menguatkan nilai-nilai positif kepada anak-anak agar mereka terbentuk menjadi percaya diri, semangat dalam belajar, dan optimis mewujudkan impiannya. Dimudahkan dalam belajar mengaji dan menerapkan dalam laku kehidupan sehari-hari di manapun mereka berada.
Walaupun mereka memiliki kondisi keterbatasan berbeda-beda. Saya percaya, setiap anak dapat belajar mengaji dengan baik, ketika ada kesungguhan. Mereka juga akan sukses sesuai dengan potensinya masing-masing jika ada kemauan kuat untuk mewujudkannya.
Dalam konteks mengaji, saya pun berharap ke depan akan semakin banyak anak-anak disabilitas yang semangat belajar mengaji. Para orang tua juga semangat memberikan bekal pendidikan Al Qur’an dan agama dengan baik dan benar kepada mereka.
Karena dengan keterbatasannya, mereka juga memiliki hak yang sama untuk mendapatkan akses belajar Al Qur’an dan ilmu-ilmu agama seperti yang lain. Meski ada ulama yang berpendapat, anak-anak disabilitas yang sangat terbatas kemampuannya, tidak mukallaf alias tidak terkena kewajiban agama.
Praktik Mengaji
Ini penting menurut saya sebagai informasi. Jika anak-anak disabilitas yang ikut program tahfiz di Sekolah Rumah Pintar Salatiga, adalah merupakan anak-anak mandiri yang bisa berkomunikasi dua arah, dan bisa melakukan aktivasi tanpa bantuan orang lain selama proses pembelajaran berlangsung.
Selain itu, anak-anak yang mengikuti program tahfiz adalah yang memiliki kecenderungan kebiasaan sama, suka mengulang-ulang perilaku yang sama. Di sinilah justru membuat program tahfiz menjadi efektif untuk belajar mengaji anak-anak disabilitas ini.
Adapun teknik mengaji, termulai secara klasikal dengan surat yang sudah anak-anak hapal. Baru kemudian lanjut dengan sambung ayat dengan surat, lalu berakhir dengan menghapal surat sesuai capaian secara individu berdasarkan laporan hasil belajar. Barulah kemudian menutupnya dengan membaca doa senandung Al-Qur’an dan doa kafarotul majlis.
Menjunjung Penyandang Disabilitas
Islam adalah agama rahmatan lil alamin atau sebagai rahmat bagi seluruh alam. Islam juga menjunjung tinggi dan memandang penyandang disabilitas setara dan adil seperti manusia pada umumnya.
Sesuai dengan penjelasan ibu Nyai Badriyah tentang makruf sebagai prinsip dalam berelasi sosial, di samping prinsip keadilan, kesalingan, serta kerja sama. Menjadi penting perhatian semua pihak bagaimana memberikan rasa aman serta nyaman bagi orang tua, keluarga, serta penyandang disabilitas untuk menerima keadaannya.
Dukungan Masyarakat
Di semua elemen masyarakat, penting dalam memberikan dukungan kepada penyandang disabilitas untuk mendapatkan haknya di bidang pendidikan, sosial, hukum, politik, ekonomi, dan lain sebagai, dengan sebagaimana mestinya.
Hal ini sesuai dengan perintah Allah Swt., yang terdapat dalam Al-Qur’an surah An-Nur ayat 61.
ููููุณู ุนูููู ุงููุฃูุนูู ูู ุญูุฑูุฌู ููููุง ุนูููู ุงููุฃูุนูุฑูุฌู ุญูุฑูุฌู ููููุง ุนูููู ุงููู ูุฑููุถู ุญูุฑูุฌู ููููุง ุนูููู ุฃูููููุณูููู ู ุฃููู ุชูุฃููููููุง ู ููู ุจููููุชูููู ู ุฃููู ุจููููุชู ุขุจูุงุฆูููู ู ุฃููู ุจููููุชู ุฃูู ููููุงุชูููู ู โฆ (ุงูููุฑ: 61)
Artinya: โTidak ada halangan bagi tunanetra, tunadaksa, orang sakit, dan kalian semua untuk makan bersama dari rumah kalian, rumah bapak kalian atau rumah ibu kalian โฆโ.
Kemudian, dalam kitab Shahih Muslim juga terjelaskan oleh sebuah hadis:
ุนููู ุฃูุจูู ููุฑูููุฑูุฉู ููุงูู ุฃูุชูู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ุฑูุฌููู ุฃูุนูู ูู ููููุงูู ููุง ุฑูุณูููู ุงูููููู ุฅูููููู ููููุณู ููู ููุงุฆูุฏู ูููููุฏูููู ุฅูููู ุงููู ูุณูุฌูุฏู ููุณูุฃููู ุฑูุณูููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ุฃููู ููุฑูุฎููุตู ูููู ููููุตูููููู ููู ุจูููุชููู ููุฑูุฎููุตู ูููู ููููู ููุง ูููููู ุฏูุนูุงูู ููููุงูู ูููู ุชูุณูู ูุนู ุงููููุฏูุงุกู ุจูุงูุตููููุงุฉู ููุงูู ููุนูู ู ููุงูู ููุฃูุฌูุจู
Artinya: “Dari Abu Hurairah dia berkata; โSeorang tuna netra pernah menemui Nabi Saw. dan berujar โWahai Rasulullah, saya tidak memiliki seseorang yang akan menuntunku ke masjid.โ Lalu dia meminta keringanan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk shalat di rumah. Ketika sahabat itu berpaling, beliau kembali bertanya: โApakah engkau mendengar panggilan shalat (adzan)?โ laki-laki itu menjawab; โBenar.โ Beliau bersabda, โPenuhilah seruan tersebut (hadiri jamaah shalat).โโ (HR Muslim).
Dalam hadis di atas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw. meminta Ibnu Ummi Maktum untuk tetap mengikuti salat jamaah, walaupun kondisinya tidak bisa melihat. Di sini, nabi tidak membedakan perintah salat jamaah kepada siapa pun, bahkan kepada orang tunanetra.
Nabi Muhammad saw. sangat menjunjung kesetaraan, keadilan bagi semua orang termasuk penyandang disabilitas. Nabi tidak mengajarkan tindakan diskriminasi, pembedaan yang berujung kepada pembedaan hak yang orang lain dapat termasuk oleh penyandang disabilitas pantang beliau lakukan.