Membaca (Catatan) Aktivisme Dakwah, Pergolakan Politik, dan Pergerakan Perempuan Tutty Alawiyah

Prof. Dr. Hj. Tutty Alawiyah AS, MA. adalah Menteri Negara Peranan Wanita kini Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Kabinet Pembangunan VII Presiden Soeharto dan Kabinet Reformasi Pembangunan era Presiden BJ. Habibie. Sepak terjangnya di dunia politik mengantarkan Tutty menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dari tahun 1992 hingga 2004.

Pergolakannya sebagai aktivis, politisi, dan pendakwah mengantarkan Tutty berjejaring dengan sebuah gerakan-gerakan perempuan. Pada tahun 1981 ia mendirikan sebuah lembaga bernama Badan Kontak Majelis Taklim (BMKT). Tutty juga pernah didapuk menjadi Presiden International Muslim Women Union (IMWU), yakni sebuah organisasi muslimah dunia beraggota 88 negara bermarkas di Khourtim, Sudan. Dan terakhir, ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum International Muslim Women Union Chapter Indonesia (1998-2004).

Dunia Aktivisme

Di samping aktif dalam kegiatan aktivisme dakwah dan pergerakan perempuan, Tutty secara intens melakukan pembaacaan atas situasi zamannya. Ia menuliskan gagasan-gagasannya dalam pelbagai buku. Sekitar 30 lebih buku yang telah ia tulis dengan pelbagai topik dan genre.

“Dari perempuanlah pertama-tama manusia itu menerima didikannya, di haribaannyalah anak itu merasa, berfikir dan berkata-kata,” tulis Kartini dalam suratnya kepada Nyonya Rosa Manuela Abendanon. Halnya Kartini, seorang perempuan bernama Tutty Alawiyah juga intens dalam menggalakkan pendidikan rakyat Indonesia; terutama perempuan.

Perempuan bernama lengkap Tutty Alawiyah Abdullah Syafi’I ini lahir di Jakarta 30 Maret 1942 dan wafat pada 04 Mei 2016. Ibu lima orang anak ini merupakan putri sulung dari sembilan bersaudara dari pasangan KH. Abdullah Syafi’ie dan Hj. Togayah.

Sejak kecil Tutty sudah mulai mendapat pengajaran bagaimana menjadi sebuah pemimpin perempuan. Tak heran tatkala dewasa, Tutty memiliki sebutan ihwal pekerjaan atau karir seperti aktivis perempuan Islam, tokoh pendidikan, politikus, dan penulis.

Tutty terkenal sebagai sosok pendakwah di jamiyah ibu-ibu. Tak heran manakala semasa hidupnya Tutty membentuk Badan Kontak Majelis Taklim. Komunitas ini menghubungkan dan mewadahi seluruh majelis taklim di Indonesia; khususnya majelis taklim ibu-ibu.

Baca Lainya  Cut Nyak Meutia: Potret Keberanian dan Ketangguhan Wanita Aceh

Tutty terkenal sebagai pendakwah dan penceramah terkenal. Lawatannya kerap mengisi di pelbagai acara pengajian baik langsung maupun melalui siaran radio dan televisi. Sementara dalam disiplin keilmuan, Tutty menguasai setidaknya dalam bidang pendidikan, dakwah, sosial, dan politik.

Sepak Terjang Karir

Di dunia politik, ia pernah menjabat sebagai menteri di dua orde dan presiden berbeda. Di era Orde Baru Kabinet Pembangunan VII, Tutty menjabat sebagai Menteri Negara Peranan Wanita (Manperta) tahun 1998. Sedangkan di periode berikutnya Tutty menjabat di Kabinet Reformasi Pembangunan tahun 1999 sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan.

Kementerian Negara Peranan Wanita berubah nama menjadi Kementerian Pemberdayaan Perempuan, dan sekarang termutakhirkan menjadi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemenpppa).

Jejak Tutty selama menjabat sebagai menteri tak lepas dari cita-citanya dalam mengargumentasikan mitra sejajar antara laki-laki dan perempuan. Bahkan ia satu-satunya menteri yang didaulat menjadi Tutty menjadi satu-satunya menteri urusan perempuan yang bukan dari pemimpin-pemimpin KOWANI (Kongres Wanita Indonesia) yang didominasi oleh Dharma Wanita. 

Dengan demikian, jabatannya menjadi menteri secara tak langsung tidak mendapat kooptasi negara. Yanti Muchtar dalam bukunya berjudul Tumbuhnya Gerakan Perempuan Indonesia Masa Orde Baru (2016) memeaprkan mengenai sepak terjang Tutty dalam peta gerakan perempuan di masa Orde Baru dan awal Reformasi. 

Kiprah perpolitikan istri sebelum melanglang menjadi menteri pernah menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat dari tahun 1992 sampai 2004. Sebelum digantikan oleh Khofifah Indar Parawansa di era Presiden Gus Dur, Tuttylah yang menahkodai Kementerian Pemberdayaan Perempuan dam Perlindungan Anak ini.

Menjadi Nahkoda

Kegemaran Tutty dalam mengorganisir dan peduli akan gerakan perempuan membuatnya dipercaya sebagai pemegang kendali di KPPPA. Bahkan sebelum menahkodadi kementrian ini, Tutty telah mendirikan sebuah lembaga gerakan perempuan Islam di Indonesia. Namun, perjalanannya sebagai aktivis perempuan, tak membuat Tutty hanya fokus di bidang politik saja. Ia pun menggeluti bidang-bidang lain, selain karena keahlian dan pondasi keilmuannya, Tutty secara serius ingin mendalaminya.

Baca Lainya  Ella Rizki: Petani Milenial yang Sukses Memberdayakan Masyarakat Desa

Dalam bidang dakwah, sepak terjang Tutty dalam menyiarkan agama Islam salah satunya dengan mendirikan sebuah organisasi. Di antaranya pada tahun 1981, ia mendirikan Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) di Jakarta. Lampu hijau ini memberi makna bahwa Tutty seolah memberikan komitmen dan semangat besar bagi gerakan perempuan melalui majelis taklim. 

Tak dapat terbantah bahwa hadirnya majelis taklim di daerah-daerah menjadi wadah golongan perempuan. Selain dengan tujuan menyiarkan agama, perkumpulan ini pun menjadi tempat sosial kebudayaan di Indonesia. Tak heran manakala gerakan perempuan melalui majelis taklim di Indonesia berkembang pesat dan masih terus tergandrungi. Pun oleh adanya BKMT yang menjadi wadah silaturahmi gerakan ini dalam skala nasional.

Satu sisi, selain fokus dengan kegiatan dakwahnya, Tutty masih bergelut dengan pelbagai kegiatan baik skala nasional maupun internasional. Tutty pernah didapuk menjadi Presiden International Muslim Women Union (IMWU), yakni sebuah organisasi muslimah dunia beraggota 88 negara bermarkas di Khourtim, Sudan. Ia pun pernah menjabat sebagai Ketua Umum International Muslim Women Union Chapter Indonesia (1998-2004).

Membaca Pena

Kegemaran Tutty dalam dunia literasi melahirkan pelbagai tulisan yang kemudian terbukukan. Buku-buku garapan Tutty hampir mencakup beragam tema, mulai dari sosial, religiositas, sejarah, dan keislaman. Beberapa bukunya seperti Wanita dalam Nuansa PeradabanMembangun Kesadaran Beragama, Perempuan dan Masyarakat Pembelajaran, dan Women in Islam: Past, Present, Futur (2002).

Tak hanya itu, buku-buku garapannya membahas mengenai religiositas dakwah dalam Islam seperti, Strategi Dakwah di Majelis TaklimSuara Petunjuk I (Bimbingan Tabligh di Majelis Taklim)Suara Petunjuk II (Bimbingan Tabligh di Majelis Taklim)Kumpulan 400 Topik Pelajaran Majelis Taklim Kaum Ibu (MTKI) As-Syafi’iahTasyakur Indonesia Emas Bersama BKMTKumpulan Pidato Lepas +250 Topik dari Radio As-Syafi’iyah seiring Irama Kehidupan, dan Peran Dakwah Millenium Ke-3 (2002), 15 Tahun Kiprah BMKT Kata dan Perbuatan.

Buku bernuasa sejarah seperti, Mengenal Peradaban Dunia (Catatan Perjalanan di 91 Kota di 5 Benua) (1995), dan Kisah Nabi-Nabi. Sementara tema keislaman ia pilih sebagai sarana pengembangan keilmuan Islam. Tutty menggarap beberapa buku, di antaranya, Yatim dan MasalahnyaBimbingan Manasik HajiSetetes HikmahPerintah dan LaranganBersama RasulullahKalimat TauhidSholat MalamSyair Asmaul HusnaKeutamaan Dzikir, dan Mutiara Hati. Tutty pun menulis buku berbahasa Arab atau lebih bisa tersebut sebagai kitab, seperti Al-Minhatul AliyahRatib dan Doa, dan Tahlil.

Bahkan Tutty pun sempat membuat buku biografi Sang Ayah, yakni KH. Abdullah Syafi’ie berjudul KH. Abdullah Syafi’ie Tokoh Karismatik. Tak kalah, ia pun menulis autobiografinya berjudul Menggapa Panggung Dunia (2009). Buku sedikit menceritakan mengenai kisah hidup Tutty dalam mengarungi dunia dakwah.

Baca Lainya  Nur Rofiah: Cahaya Feminis Muslim Indonesia

Kedekatan Tutty dengan tulisan dan buku, sampai-sampai pada tahun 2012 para sahabat, murid, dan rekan kerjanya menulis sebuah memoar di hari ulang tahunnya yang ke-70. Tulisan-tulisan itu termaktub dalam buku berjudul 70 Tahun Tutty Alawiyah, Mereka Bicara tentang “Kak Tutty” (2012). 

Sekian paparan mengenai kisah, sepak terjang, dan karya tersebut, sedikitnya kita bisa meniru pergolakan Tutty dalam sederet perjuangannya. Pembentangan kisah mendiang Tutty Alawiyah dalam menyinergikan umat melalui dakwah, terjun ke politik membela kaum perempuan, dan menulis pelbagai gagasan untuk memajukan pendidikan adalah jawaban atas laku-laku seorang perempuan yang sangat berjasa untuk kemajuan bangsa Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *