Maksud masa depan “kapur dan dapur” di sini bahwa peremouan sebagai pendidik memegang kapur atau sering kali kita sebut guru, dan juga sebagai pemegang peralatan dapur, yakni ibu rumah tangga. Kapur dan peralatan dapur bukan sekadar instrumen fungsional, melainkan strategi dedikasi membentuk generasi mendatang melalui pengetahuan, tradisi budaya, dan empati emosional. Kapur tidak hanya tentang tulisan, melainkan sebagai perlambang kerangka kerja, norma, dan aspek pembelajaran.
Hal ini menunjukan bahwa setiap peserta didik memiliki kemampuan berbeda-beda dan bervariasi yang harus terkembangkan dengan ketekunan dan juga kerja keras. Sedangkan dapur, bukan hanya sekedar tentang bumbu ataupun masak. Perannya dapat berarti lebih luas, yaitu sebagai ibu yang mencangkup semua perkerjaan rumah tangga. Sekaligus menjadi pendidik anak dengan cara mengajarkannya tentang nilai-nilai kehidupan maupun sosial.
Apakah kita pernah berpikir bahwa mampu menjalankan peran kapur dan dapur secara beriringan? Atau dalam istilah lain terartikan dengan peran ganda perempuan, yakni sebagai guru dan ibu rumah tangga. Guru yang berperan baik untuk anak didiknya dan ibu yang baik untuk anak, suami, dan pekerjaan rumah.
Karier dan Keluarga
Kita banyak menjumpai orang yang berpikir bahwa karier itu tidak lebih penting dari keluarga. Pun banyak juga yang meremehkan para perempuan berpendidikan. Mereka beranggapan untuk apa kita sekolah tinggi jika ujungnyahanya menjadi ibu rumah tangga. Namun mereka lupa satu fakta bahwa ibu adalah al-madrasatul ula (sekolah pertama) bagi anaknya.
Sementaran sebagian orang berpendapat kecerdasan anak banyak terpengaruhi oleh kecerdasan ibu. Kita sebagai Gen-Z harus menghapuskan pikiran bahwa sekolah tinggi itu tidak penting. Kita bisa menjadi apapun yang kita mau termasuk keinginan menjadi guru.
Apabila berhadapan dengan dua pilihan sebagai guru atau ibu rumah tangga, mana yang harus kita (para perempuan, red) pilih? Jika memilih menjadi guru kita akan teranggap menyalahi kodrat. Namun, jikamemilih menjadi ibu rumah tangga akan terlihat mengorbankan bakat. Sebenarnya kedua hal ini sama pentingnya, dan harus berjalan dengan seimbang.
Menjadi perempuan karier juga penting karena memberikan kita kebebasan, kesenangan, dan juga kenyamanan. Namun, tanpa peran ibu yang kuat, rumah tangga kurang harmonis. Maka dari itu perlu keseimbangan antara karier dan juga rumah tangga agar keduanya dapat berjalan dengan baik.
Memerankan peran ganda bukan satu hal yang sulit untuk perempuanlakukan. Yang perlu istri lakukan adalah mendapatkan dukungan suami, keluarga, sekaligus lingkungan tempat tinggal. Hal ini memudahkan perempuan dalam menjalani peran ganda secara efektif. Dengan begitu, bisa menjadi contoh nyata bahwa perempuan mampu berkontribusi dalam dunia pendidikan sekaligus multi-peran menjadi ibu rumah tangga.
Menjalankan peran ganda sebagai guru dan juga ibu rumah tangga juga bukanlah satu hal yang mudah. Karena hal ini bukan hanya sekadar mampu membagi waktu, tetapi juga mengintregasikan nilai-nilai pendidikan dan kasih sayang dalam aspek kehidupan.
Pilihan Jalan
Tidak semua perempuan mampu menjalani keduanya, hal ini seringkali menjadi ujian dari ketangguhan. Tantangan tidak hanya muncul dari lingkungan sekitar atau terdekat tetapi juga keraguan dalam diri yang membuat para perempuan berpikir, sudahkah saya menjadi ibu maupun istri yang baik untuk anak dan suami? Namun, sebagian perempuan memilih jalan keduanya meski siap menanggung banyak tantangan.
Apalagi perempuan yang bakal menjadi calon guru tidak hanya mengajar pengetahuan akademik tetapi juga mendidik berbagai karakter dan tingkah laku anak. Agar anak memiliki sikap dan moral yang baik, terutama pada anak yang kurang mendapatkan kasih sayang orang tuanya, yang membuat mereka menjadi anak yang kurang baik.
Dalam menghadapi hal ini, guru perlu memiliki kesabaran, empati, komunikasi, dan pendekatan terhadap anak. Sedangkan pandangan kita sebagai orang tua di rumah dalam hal mendidik anak harus sesuai dengan perkembangan anak. Apabila anak memasuki usia dini kita harus bersikap selayaknya ibu yang baik untuk anak. Namun jika anak memasuki usia remaja kita mampu menjadi ibu sekaligus teman yang bisa mendengarkan curhatan mereka dengan baik.
Singkatnya, beban ganda perempuan dalam konteks guru dan ibu rumah tangga ini mengacu pada sikap dan kepribadian yang harus mereka emban dengan baik melalui pengajaran dan dedikasi. Hal ini juga merupakan pilihan pribadi yang harus mengorbankan tenaga serta waktu, yang tentu membuat kita merasa lelah, letih, dan juga capek. Namun, jangan jadikan hal ini sebagai pantangan di salah satunya, karena ini bukanlah solusi, dan menyerah di salah satunya mungkin akan membuat kita menyesal di kemudian hari. Apabila kita benar-benar merasa lelah dengan peran ganda ini, kita bisa mengambil cuti dan berlibur bersama keluarga.[]

