Jilbab, Bukan hanya Menyoal Fesyen 

Di era modern ini, dunia fesyen berkembang pesat tanpa banyak penyaringan, termasuk jilbab. Jilbab sekarang tidak hanya berfungsi sekadar menutup kepala semata tapi juga mewakili entitas pelbagai ragam dan corak model dan gayanya. Kita bisa melihat berbagai inovasi, mulai dari model turban, pasmina, hingga lilit leher, yang kerap kita dengan sebagai “jilbab sakaratul maut”.

Selain tadi, ada juga jilbab transparan. Model ini teranggap sebagian masyarakat kurang sesuai konsep syar’i. Ada lagi jilbab ketat, memperlihatkan lekuk tubuh. Serta jilbab yang masih memperlihatkan sebagian leher. Semua ragam dan gaya jilba atau memakainya ini menimbulkan banyak reaksi dari masyarakat.

Beberapa orang melihatnya sebagai bentuk kreativitas dan kebebasan berekspresi. Sementara lainnya merasa perbuatan itu menantang nilai-nilai tradisional. Perdebatan ini mencerminkan usaha masyarakat untuk menemukan keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan menjaga norma budaya yang ada. Lalu, mengapa kita memperdebatkan jilbab bila belum mengerti arti dan maknanya?

Memaknai Jilbab

Kata “jilbab” memiliki berbagai makna yang menjadi perdebatan para ulama. Menurut Al-Baqa’i, jilbab merupakan pakaian longgar, kerudung menutup kepala wanita, atau pakaian menutupi baju dan kerudung. Semua pendapat tadi teranggap sebagai makna dari kata “jilbab.”

Sementara jika pemaksudan itu adalah pakaian, maka ia berfungsi sebagai penutup tangan hingga kakinya. Jika teranggap sebagai kerudung, perintah untuk mengulurkannya berarti menutupi wajah dan leher. Sementara itu, jika terartikan pakaian yang menutupi baju, maka perintah mengulurkannya berarti harus longgar agar bisa menutupi seluruh tubuh (Budiyanto and Muawanah 2019).

Sedangkan maknanya dalam bahasa Indonesia berbeda dengan makna para ulama. Makna-maknanya antara lain baju yang longgar atau kerudung penutup kepala wanita. Bisa juga pakaian yang menutupi baju dan kerudung. Atau semua pakaian yang menutupi aurat wanita. Secara istilah, para ahli bahasa berbeda-beda dalam mendefinisikannya akan tetapi dengan makna dan tujuan yang sama (Hanafy 2018).

Baca Lainya  Asmaraloka: Tradisi Perjodohan di Pesantren

Jadi, bisa kita simpulkan bahwa jibab adalah pakaian yang berguna untuk menutupi aurat seorang wanita. Dalam bahasa Arab jilbab terartikan hijab atau satir yang berarti keterpisahan (pemisah) atau penutup. Dengan demikian, lalu apa hubungannya antara jilbab dengan fesyen yang tengah berkembang mutakhir?

Uraian Fesyen

Sejalan dengan pemikiran Veblen, fesyen mencerminkan budaya konsumsi terpandang sebagai bagian dari kebutuhan, meskipun kebutuhan tersebut tergolong tidak nyata atau hanya ilusi (pseudo needs). Sementara itu, Kess Van Dijk berpendapat, fesyen merupakan salah satu aspek paling jelas dari penandaan penampilan luar, yang memungkinkan orang untuk memisahkan diri dari orang lain dan identifikasi sebagai bagian dari kelompok tertentu. Setiap era memiliki cara tersendiri dalam mengekspresikan penampilan tubuh melalui pakaian, riasan, dan perilaku, yang secara kuat mencerminkan kelas, status, dan gender. Dengan demikian, perubahan dalam penampilan tubuh ini memberikan petunjuk mengenai transformasi sosial yang lebih luas (Budiati 2011).

Dari seluruh pendapat di atas, menurut saya, kita sebagai muslimah bisa tetap tampil cantik dengan jilbab dan mengikuti tren fesyen dengan tetap memperhatikan syariat ketentuan Islam. Antara lain, seperti memperhatikan pemilihan kain jilbab tidak transparan, tidak menampilkan lekuk tubuh, dan cukup terjulur hingga menutup dada.

Sama halnya jilbab, pemilihan pakaian pun harus tetap terperhatikan selayaknya. Jangan sampai kita memakai pakaian tapi masih “telanjang” karena, misalnya masih membentuk lekuk tubuh, yang seharusnya tertutup. Contoh paling aman, kita bisa menggunakan gamis. Walau mungkin bagi sebagian remaja memakai gamis memiliki pandangan “kuno”. Padahal melihat perkembangan fesyen saat ini sudah banyak gamis-gamis modern sangat cocok terkenakan para remaja.

Atau jika belum terbiasa memakai gamis, alteratif memakai tunik dengan rok bisa menjadi kombinasi cocok. Tentu fashionable, orang menyebutnya, jika berpadu dengan jilbab yang sesuai. Selama masih sesuai dengan kaidah dan prinsip menutup aurat. Penting bagi kita untuk saling mendukung satu sama lain dalam mengekspresikan diri sambil tetap dalam batasan syariat, sehingga kita dapat menjadi contoh yang baik.

Baca Lainya  Ruang Kemesraan Perempuan dan Kuliner

Menjaga Kehormatan

Menjadi seorang muslimah, kita memiliki tanggung jawab untuk menunjukkan bahwa kesederhanaan dalam berbusana tidak berarti mengorbankan gaya. Kita bisa menciptakan kombinasi yang elegan dan anggun dengan jilbab. Dengan cara ini, kita menunjukkan bahwa jilbab dan fesyen bisa berjalan beriringan, menciptakan harmoni yang indah antara penampilan dan nilai nilai keagamaan yang kita anut.

Sejatinya, aturan berjilbab dalam Islam adalah untuk menjaga dan menjunjung tinggi kehormatan (muru’ah) wanita dari pandangan yang tak ia inginkan. Selain itu juga membantu para laki-laki untuk menjaga pandangan. Dengan menggunakan jilbab sesuai dengan syariat, seorang muslimah tidak hanya melindungi pribadinya tetapi juga menunjukkan komitmennya terhadap ajaran Islam yang mengedepankan nilai-nilai kesopanan dan kehormatan.

Pada akhirnya, memakai jilbab tidak hanya tentang mengikuti kewajiban agama. Namun juga menjadi bentuk identitas yang menunjukkan bahwa kita adalah muslimah pemegang teguh nilai-nilai agama dan budaya. Walhasil, dengan berjilbab kita bisa tetap tampil modis tanpa melanggar syariat Islam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *