Jeratan Pernikahan Dini

Sumber Gambar: freepik.com

Beberapa tahun silam, Kabupaten Ponorogo menghadapi tantangan sosial krusial; melonjaknya angka dispensasi perkawinan (pernikahan dini) kalangan pelajar. Peningkatan angka kehamilan di luar nikah tersebut menjadi sorotan serius sekaligus perhatian pemerintah dan masyarakat.

Melansir Detiknews, pada tahun 2023, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Timur mengatakan sebanyak 191 siswi tingkat SMP dan SMA mengajukan permohonan dispensasi perkawinan akibat hamil di luar nikah. Pernikahan dini memang rentan di mereka yang belum cukup umur dan tidak memiliki pekerjaan.

Faktor utama penyebab pernikahan dini adalah pergaulan bebas yang semakin menggurita yang anak muda di bawah umur Ponorogo lakukan. Hal tersebut tentu berdampak pada kehidupan masa depan mereka. Terutama bakal memberi ancaman lebih pada perempuan.

Kasus di Ponorogo meski terbilang mengkhawatirkan tetapi belum seberapa jika membandingkan dengan daerah lain di Provinsi Jawa Timur. Data dari Pengadilan Tinggi Agama Surabaya menunjukkan dispensasi nikah pada tahun 2022 mencapai 15.253 perkara yang diputus.

Kondisi Darurat

Mutakhir banyak kasus pernikahan dini yang semakin bertambah. Pernikahan ini seharusnya tidak terjadi di usia belum memenuhi syarat. Amat disayangkan sudah banyak terjadi pada usia remaja sebabnya beberapa faktor. Salah satunya pergaulan bebas.

Hal itu perlu dicegah dengan mulai memberikan edukasi ,pengarahan, dan pentingnya peran pengawasan orang tua. DampakĀ  dari kasus pernikahan dini tidak hanya akan mendapatkan sanksi sosial dari masyarakat sekitar, tetapi juga berpengaruh dampaknya untuk kesehatan psikologis terutama untuk pihak Perempuan.

Banyak masyarakat masih berpikiran bahwa pernikahan dini dianggap sebagai solusi menyelesaikan permasalahan kehamilan di luar nikah. Perempuan muda yang hamil sebelum pernikahan dipaksa untuk menikah karena dengan alasan dapat menyelamatkan nama baik keluarga. Namun sangat memprihatinkan di balik adanya pernikahan tersebut ada realitas pahit yang tersembunyi dan jarang sekali untuk dibahas: dampak psikologis.

Baca Lainya  Peran Sosial Perempuan yang Tidak Terlihat

Dampak tersebut amat mendalam pada perempuan muda yang harus menjalani peran barunya sebagai istri dan menjadi ibu. Faktor eksternal seperti tekanan sosial, rasa malu, dan persepsi buruk. Ungkapan yang masyarakat berikan tersebut berpengaruh pada kehilangan hak pendidikan dan kebebasan untuk memilih masa depannya.

Berdasarkan data Komnas Perempuan pernikahan anak meningkat sampai tujuh kali lipat lewat permohonan dispensasi pada tahun 2021. Sementara pada tahun ini, di Jombang ada 286Ā anak di bawah usia 19 mengajukan permohonan dispensasi pernikahan. Sebagian besar permohonan tersebut karena hamil di luar nikah.

Keadaan seperti ini kerap berakhir pada rasa trauma, depresi, mengalami konflik dalam rumah tangga yang tersebabkan oleh pasangan muda yang belum siap secara emosional maupun finansial. Tulisan ini akan membahas bagaimana kasus pernikahan dini akibat kehamilan di luar nikah dapat mempengaruhi psikologis perempuan.

Dampak Negatif

Dalam konteks ini dampak yang akan perempuan terima akibat pernikahan dini karena hamil di luar nikah yang pertama adalah rasa malu dan bersalah mendalam . Perempuan yang menikah karena hamil di luar nikah sering menyalahkan dirinya atas situasi yang terjadi. Tekanan yang keluarga berikan danĀ  pemberian label buruk masyarakat akan semakin memojokkan perasaanya. Serta mengakibatkan mereka terus menerus merasa malu dan tidak percaya diri yang pada akhirnya mereka menutup diri dari lingkungan sosial.

Dampak kedua yang perempuan terima yakni depresi dan adanya tekanan mental. Peran baru sebagai istri dan ibu yang harus mereka jalani pada usianya yang masih sangat belia mekmasakan mereka menghadapi tanggung jawabĀ  besar tanpa persiapan emosional yang maksimal. Hilangnya kebebasanĀ  dan muncul pertanyaan pada diri merekaĀ  seperti ā€œApakah hidupku berhenti begitu saja setelah menikahā€. Dampak selanjutnya yakni perempuan yang menikah karena kasus ini,Ā  dapat kehilangan jati diri atau identitas mereka.

Baca Lainya  Panggilan Darurat Pelecehan Seksual

Menikah di usia yang masih muda membuat perempuan kehilangan waktu untuk mengeksplorasi dirinya lebih jauh lagi. Mereka terjebak dalam peran sebagai ibu dan istri yang terlalu cepat mereka ambil. Dalam kondisi seperti ini Perempuan mungkin merasakan tidak memiliki arah hidup yang jelas selain harus melayaniĀ  suaminya dan anaknya.

Konsekuensi dalam jangka panjang yang akan perempuan terima pada konteks ini sulit membangun hubungan yang baik di kehidupan yang akan mendatang. Perempuan yang menikah dini cenderung memiliki resiko kesehatan mental buruk dari usia yang lebih dewasa dari mereka.

Benih Kemiskinan

Pernikahan dini dapat menjadi salah satu indikator prevalensi kemiskinan di suatu daerah. Usia yang belum matang secara biologis dan psikologis, minimnya pengalaman hidup, serta permasalahan yang muncul ini seakan membuat pasangan muda terjerumus dalam kondisi ekonomi tidak stabil.

Kondisi ini terjadi karena keterbatasan mengakses dunia pendidikan. Karena memang setelah menikah peluang mereka untuk mengeyam pendidikan bakal berhenti. Kurangnya skil, pengalaman kerja, dan menjadi apatis terhadap lingkungan sosial akibat stigma masyarakat membuat mereka merasakan putus asa.

Setelah melihat permasalahan tersebut konsekuensi yang bakal pasangan terima ialah sering mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar. Termasuk kebutuhan nutrisi yang cukup untuk anak mereka. Hal tersebut akan meningkatkan skala kemiskinan yang tinggi dan beresiko tingginya prevalensi stunting pada anak. Kondisi kronis yang terakibatkan kekurangan gizi pada anak dapat menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitifnya secara optimal.

Lingkaran kemiskinan ini akan sulit terputus karena dampaknya tidak hanya pada individu dan keluarga, tetapi juga bisa menjadi beban negara dan menghambat pembangunan ekonomi yang stabil. Pada situasi seperti ini pemerintah harus mengalokasikan anggaran lebih besar lagi dalam memberikan program-program sosial, terutama dalam bidang kesehatan guna memutus rantai kemiskinan.

Baca Lainya  Fashion Lebaran: Identitas Budaya, Ekspresi Diri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *