Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan kekayaan alamnya. Luas hutan tropis, tingginya keanekaragaman hayati, dan melimpahnya sumber daya alam. Oleh karena itu, Indonesia memiliki potensi besar agar terus berkembang. Namun, kekayaan tersebut tak bakal bertahan lama jika mayarakat tak menjaganya dengan bijak.Ā Mengenai persoalan pengelolaan tambang sebagai contoh kecilnya.
Kita tahu, Badan Legislasi DPR RI mutakhir mengusulkan pemberian konsesi tambang kepada perguruan tinggi dan pelaku usaha kecil dan menengah. Kabar tersebut, seketika, mengingatkan saya tentang legenda kebesaran negara Nauru. Yang pada akhirnya, mungkin, perlu kita ulas perihal kesuksesan sekaligus kehancurannya.
Satu pelajaran berharga yang harus Indonesia teladani adalah dari pengalaman Nauru. Sebuah negara kecil di Samudra Pasifik yang pernah kaya raya tetapi kemudian jatuh miskin akibat eksploitasi alam berlebihan.
Kekayaan dan Kehancuran
Pada pertengahan abad ke-20, Nauru sempat menjadi salah satu negara terkaya di dunia berdasarkan pendapatan per kapita. Sumber kekayaan ini berasal dari fosfat; bahan berharga yang terbentuk dari endapan guano selama ribuan tahun.
Fosfat ini terekspor besar-besaran untuk menjadi pupuk. Sekaligus memberi keuntungan finansial yang luar biasa bagi Nauru. Sayangnya, keberhasilan ekonomi ini tidak dibarengi dengan pengelolaan lingkungan yang baik.
Eksploitasi fosfat terjadi tanpa mempertimbangkan keberlanjutan. Dalam waktu singkat, cadangan fosfat habis, dan tanah di Nauru menjadi rusak parah. Sebagian besar wilayah pulau menjadi tandus dan tidak bisa menjadi lahan pertanian atau pemukiman.
Saat sumber daya utama mereka habis, Nauru terjebak dalam krisis ekonomi yang parah. Ketergantungan pada impor untuk kebutuhan dasar, minimnya diversifikasi ekonomi, dan kerusakan lingkungan yang tidak dapat diperbaiki membuat Nauru kehilangan masa depannya.
Seperti Nauru, Indonesia juga memiliki kekayaan alam yang melimpah. Namun, Indonesia juga menghadapi ancaman serupa, mulai dari deforestasi hingga eksploitasi tambang yang tidak berkelanjutan. Pengalaman Nauru, setidaknya, memberi beberapa pelajaran penting bagi Indonesia.
Pengelolaan Berkelanjutan
Adapun jika benar perguruan tinggi dan UKM mendapat hak konsesi tambang, ini menjadi hal krusial yang harus kita kawal bersama.Ā Eksploitasi SDA harus memperhatikan prinsip keberlanjutan.
Indonesia perlu memastikan bahwa aktivitas seperti penebangan hutan, pertambangan, dan perikanan tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek. Namun, harus juga menjaga ekosistem agar tetap seimbang untuk generasi mendatang.
Ketergantungan pada satu jenis SDA, seperti yang terjadi di Nauru lewat fosfat, sangat berisiko. Indonesia harus mengembangkan sektor-sektor lain seperti pariwisata berkelanjutan, teknologi, dan energi terbarukan. Tak lain demi menciptakan ekonomi yang lebih stabil dan tahan terhadap perubahan global.
Salah satu cara terbaik untuk melindungi lingkungan adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga alam. Pendidikan lingkungan harus menjadi bagian integral dari kurikulum sekolah dan program-program komunitas agar semua lapisan masyarakat terlibat dalam pelestarian alam.
Pemerintah memiliki peran besar dalam menjaga keberlanjutan.Ā Penegakan hukum terhadap pelanggaran lingkungan, seperti penebangan hutan ilegal dan pencemaran air, harus tertingkatkan. Selain itu, regulasi yang mendorong praktik bisnis yang ramah lingkungan dan kompetensi pelaku tambang perlu penerapan konsisten.
Masa Depan Cerah
Menurut say,a Indonesia memiliki peluang besar menjadi contoh negara yang berhasil mengelola kekayaan alamnya secara bijak. Dengan belajar dari sejarah Nauru, Indonesia dapat menghindari kesalahan yang sama dan memastikan SDA tergunakan untuk kesejahteraan masyarakat tanpa merusak lingkungan.
Kekayaan alam bukanlah jaminan kesejahteraan jika tidak terkelola dengan baik. Adanya usulan perguruan tinggi dan UKM bakal mengelola tambang, saya rasa perlu mengkajinya lebih mendalam. Dengan komitmen yang kuat terhadap keberlanjutan, kita dapat memastikan bahwa generasi mendatang tetap dapat menikmati keindahan dan kekayaan yang telah terwariskan. Mari kita jadikan pengalaman Nauru sebagai pengingat bahwa menjaga alam adalah tanggung jawab bersama yang tidak boleh terabaikan.
*Esai ini sebelumnya pernah terbit di laman aktivisautentik.com dengan judul “Perguruan Tinggi dan UKM Mengurus Tambang: Indonesia Harus Belajar dari Nauru” pada 21 Januari 2025.