Catherine of Aragon: Duta Besar Perempuan Pertama Eropa

Catherine of Aragon adalah istri pertama Raja Henry VIII (Raja Inggris) pada tahun 1509 sampai 1533. Sebelum menjadi ratu Inggris, ia mendapat julukan Putri Wales sebagai istri dari pangeran Arthur. Caterine adalah duta besar perempuan pertama dalam sejarah Eropa. Ia menjabat sebagai duta besar untuk istana Spanyol di Inggris.

Dengan demikian, kemampuan diplomatis dan jejaringnya terkenal baik. Catherine lahir dari 2 penguasa masyhur di Spanyol yang mengalahkan kerajaan muslim terakhir di Spanyol—Granada Raja Fernando II Aragon dan Isabella dari Kastila. Catherine dilahirkan di istana Uskup Agung di Alcalá de Henares di dekat Madrid 16 Desember 1485.

Sedari kecil, Catherine terkenal cerdas, mempelajari banyak bidang ilmu pengetahuan dan berbagai macam didikan sebagai ratu. Ia belajar aritmatika, hukum perdata, sastra klasik, sejarah, filsafat, agama dan teologi. Selain fasih berbahasa Spanyol, ia terlatih berbahasa Prancis dan Yunani.

Keturunan Catherine of Aragon adalah Mary I atau akrab disapa Blody Mary. Panggilan itu tersemat karena kebijakannya dalam keagamaan selama memimpin Inggris. Pada masa sekarang, Katolik Roma cukup berpengaruh terhadap kebijakan banyak kerajaan Eropa termasuk Inggris.

Catherine mengenyam pendidikan sedari kecil sebagai Puteri Isabella of Castilia dikenal tegas. Sebagai penganut Katolik taat, Isabella mendidik Catherine sebagai ratu Katolik dan mendapat dukungan penuh dari Vatikan.

Peperangan antara Islam dan Kristen di Spanyol, saat itu, membawa peradaban Islam yang kelam. Bahkan Ratu Isabella meski dengan latar keluarga berdarah, Catherine of Aragon terkenal sebagai Ratu bijaksana nan karismatik.

Catherine terpilih menjadi Arthur karena kekuatan keluarga serta kemampuannya, itulah yang membuatnya pantas menjadi Ratu Inggris.

Sikap Tegas

Ketegasan Catherine juga terlihat dari perangainya ketika berpidato di medan pertempuran Flodden. Pertempuran ini mendapat sebutan sebagai pertempuran Branxton. Konflik antara Kerajaan Inggris dan Kerajaan Skotlandia.

Baca Lainya  Membaca (Catatan) Aktivisme Dakwah, Pergolakan Politik, dan Pergerakan Perempuan Tutty Alawiyah

Pertempuran terjadi di Branxton, Northumberland, wilayah di utara Inggris pada 9 September 1513. Pasukan Skotlandia pimpinan Raja James IV sementara Inggris berkomandan Earl of Surrey. Meski tengah hamil besar, Catherine memberi pidato untuk membakar semangat tentara kerajaan Inggris.

Selain karena wibawa yang melekat, Catherine juga menjadi pionir dalam gerakan sosial. Sebagai keluarga kerajaan Inggris, ia sangat responsif isu-isu kemanusiaan. Ia menginisiasi program untuk rakyat miskin dan pada banyak kebutuhan lain sehingga rakyat sangat mencintainya.

Lingkar Pertemanan

Selain itu, ia juga menjadi Patron of Renaissance Humanism dan berteman dengan cendekiawan Erasmus of Rotterdam dan Thomas More. Hal ini menjadikannya sebagai seorang yang akademis.

Kebijaksanaan dan wibawanya diuji ketika Raja Henry VIII menjalin hubungan dengan Anne Bolleyn—salah satu pelayan kerajaan. Sebelumnya, Raja Henry juga pernah berselingkuh dengan saudara Anne, Mary Bollyen. Sejarah pergulatan kekuasaan Ratu ini tidak terlepas dari pengaruh Katolik Roma.

Untuk memperistri Anne Bolleyn, Henry VIII berupaya membatalkan pernikahannya dengan Catherine yang kemudian menimbulkan perpecahan antara kerajaan Inggris dengan gereja Katolik. Demikian kekejaman raja, Henry hanya mengakui status Catherine sebagai “Putri Wales janda”, status Katherine setelah kematian suami pertamanya sebelum menikah dengan Henry.

Di tengah kecamuk, ia juga berkata tegas bahwa satu-satunya Ratu Inggris meski digantikan oleh Anne Bolleyn karena banyak hal. Meski kekejaman Henry tidak berakhir, Catherine tetap mendoakan dan menanyakan kesehatan Henry melalui suratnya.

Tidak sembarang ratu, Catherine pernah menunjukan kemampuannya dalam memimpin kerajaan saat Raja Henry VIII berperang di Prancis selama 6 bulan. Karenanya, Catherine mendapat titel Governor of The Realm and Captain General. Caterine adalah perempuan yang sangat karismatik, ia tercatat menarik banyak simpati dari masyarakat sejak menjadi ratu.

Baca Lainya  Dinamika Perempuan dan Patriarki dalam Masyarakat Modern

Bahkan saat kematiannya pun rakyat Inggris sangat berkabung. Menurut buku The Education of Christian Women menceritakan tentang keberadaan hak untuk perempuan mengenyam pendidikan.

Buku garapan Juan Luis adalah persembahan untuk Catherine of Aragon. Thomas Cromwell, mengungkapkan tentang Catherine, “Jika bukan karena jenis kelaminnya, ia dapat menantang semua pahlawan sejarah. Begitulah Catherine Of Aragon di mata kawan dan lawannya.”

Kekuasaan dan Stabilitas

Kekuatan politik Catherine of Aragon membuatnya menjadi Ratu Inggris dengan pendukung yang sangat besar. Ia juga turut membantu Henry dalam pemerintahannya dengan menjaga kestabilan dan menjaga baik hubungan dengan sekutu. Bahkan saat ia telah tergantikan Anne Bollyen banyak pejabat yang terus berupaya mengembalikan tahtanya.

Selain itu, setelah Elizabeth I lahir pun banyak sekutu yang hanya ingin menikahkan penerus kerajaan mereka dengan Mary (anak Catherine) meski gelar putri tercabut darinya setelah pelengseran Catherine.

Catherine of Aragon, Ratu Inggris nan karismatik ini menghabiskan sisa hidupnya di Kastil Kimbolton dan meninggal di sana pada tanggal 7 Januari 1536. Perjalanan sejarah itu sangat berpengaruh bagi negara tersebut.

Seperti halnya di Indonesia, banyak tokoh perempuan yang turut andil berperan dalam menjaga dan merawat bangsa Indonesia hingga sekarang. Bahkan, ketika bangsa Indonesia belum merdeka dari jajahan penjajah, para pejuang perempuan sudah mengambil peran dan patut kita lanjutkan di era sekarang ini. Maka dari itu, kita sebagai generasi penerus bangsa, khususnya para perempuan, mari lakukan hal kecil yang bisa berdampak besar bagi kita, bagi bangsa Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *