Sumber Gambar: devymua.com
Beberapa tahun terakhir, make up (berdandan) telah berkembang menjadi lebih dari sekadar aktivitas mempercantik wajah. Bagi perempuan generasi Z, berdandan bukan lagi hanya tentang memperindah penampilan saja, tetapi sudah menjadi bagian dari rutinitas self-care (merawat diri) dan proses healing (pemulihan) di tengah kesibukan yang semakin kompleks. Melalui berdandan, perempuan tidak hanya belajar merias wajah, tetapi juga menemukan waktu berkualitas bersama diri sendiri, melatih kreativitas, serta membangun rasa percaya diri dengan cara yang menyenangkan dan personal.
Self-care sendiri merupakan konsep merawat diri secara sadar untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Berdandan menjadi salah satu bentuk self-care karena aktivitas ini memberikan ruang bagi perempuan untuk memanjakan diri mereka. Dalam rutinitas harian yang padat dengan aktivitas akademik, pekerjaan, hingga tekanan dari lingkungan, meluangkan waktu untuk merias wajah menjadi momen yang berharga bagi setiap perempuan.
Prosesnya yang melibatkan perhatian penuh terhadap detail membuat berdandan seperti bentuk konsentrasi di mana perempuan benar-benar fokus pada pribadinya sendiri. Saat melihat hasil akhir riasan yang mereka buat dengan tangan sendiri, maka akan muncul rasa bangga dan kepuasan tersendiri yang secara langsung berkontribusi meningkatkan suasana hati dan rasa percaya diri (Nelson, 2021).
Eksperesi Diri
Selain sebagai bentuk self-care, berdandan juga menjadi sarana ekspresi diri yang sangat tergemari oleh perempuan generasi Z. Generasi ini terkenal sebagai generasi yang kreatif dan cenderung berani mengekspresikan kepribadiam melalui berbagai cara, salah satunya melalui berdandan. Melalui warna eyeshadow, gaya eyeliner, pemilihan shadecushion sesuai warna kulit, hingga pemilihan warna lipstik. Mereka menciptakan identitas visual yang unik.
Bagi generasi Z, berdandan bukanlah sekadar menutupi kekurangan, melainkan menonjolkan karakter dan keunikan diri. Dengan cara ini, berdandan tidak hanya mengubah wajah, tetapi juga memperkuat kepercayaan diri secara keseluruhan. Tren seperti “natural make up look” hingga “bold and colorful make up” menunjukkan bahwa berdandan adalah penghubung untuk menyuarakan suasana hati dan kepribadian masing-masing (Garcia, 2020).
Bagi generasi Z, berdandan bukanlah sekadar menutupi kekurangan, melainkan menonjolkan karakter dan keunikan diri.
Di sisi lain, make up juga memiliki peran terapeutik (healing) yang cukup besar. Dalam kondisi mental yang tertekan akibat standar kecantikan media sosial, banyak perempuan yang merasa tidak percaya diri dengan wajah mereka. Namun, melalui berdandan, mereka jadi menemukan cara untuk memaknai kecantikan dengan perspektif yang lebih sehat.
Proses aplikasi berdandan sendiri memilikiĀ efek menenangkan, seperti aktivitas kreatif lainnya. Memadukan warna eyeshadow, menciptakan winge eyeliner yan sempurna, menemukan kombinasi blush dan highlighter yang pas. Hingga membuat garis countour agar lebih berdimensi atau terstruktur. Semua itu memberikan kepuasan tersendiri. Lebih dari sekadar hasil akhir, menikmati proses tersebut adalah bentuk self-soothing atau menenangkan diri yang efektif (Chang et al., 2022).
SelainĀ itu,Ā keberadaanĀ komunitasĀ kecantikanĀ diĀ mediaĀ sosialĀ juga memperkuat peran berdandan sebagai sarana pemulihan. Melalui platform seperti TikTok, Instagram, X (Twitter), hingga YouTube, perempuan generasi Z saling berbagi tips berdandan, merekomendasikan produk, hingga berbagi cerita tentang insekuritas mereka. Dukungan dari komunitas yang positif dan menyeluruh membuat perempuan merasa diterima dan dipahami. Mereka menyadari bahwa setiap orang punya perjalanan kecantikan yang unik dan beragam. Hal ini secara perlahan membantu perempuan mencintai wajah dan tubuh merea dengan tulus. Karena, merasa tidak sendirian dalam menghadapi tantangan tersebut (Lobato, 2021).
Apresiasi Diri
Namun demikian, penting juga untuk menekankan bahwa berdandan bukanlah kewajiban bagi perempuan. Tidak semua perempuan generasi Z menyukainya, dan hal tersebut sama sekaliĀ bukanĀ sesuatu yang salah. Konsep self-care sendiri bersifat personal dan sangat subjektif.
Ada yang merasa lebih nyaman dengan menulis jurnal, mendengarkan musik, berolahraga, atau sekadar beristirahat tanpa gangguan gadget. Hal terpenting adalah setiap individu menemukan cara yang paling sesuai dengan kebutuhannya untuk merawat diri dan menjaga kesehatan mentalnya. Berdandan hanyalah salah satu pilihan, bukan satu-satunya jalan untuk mencapai self-love (Wong, 2020).
Pada akhirnya, kekuatan berdandan bagi perempuan generasi Z bukanlah sekadar tentang tampil cantik diĀ depan cermin atau diĀ depan kamera. Lebih dari itu, ia adalah bentuk apresiasiĀ dan cinta kepada diri sendiri. Sekaligus menjadiĀ ruang aman bagi perempuan untuk bereksperimen, berekspresi, sekaligus menyembuhkan luka-luka batin yang mungkin terbentuk akibat standar kecantikan yang tidak realistis.
Dengan atau tanpa berdandan, setiap perempuan berhak merasa cantik dan berharga. Pada akhirnya, self-care sejati adalah tentang merawat diri dengan cara yang paling sesuai dan jujur terjadap kebutuhan diri sendiri. Bukan sekadar mengikuti tren atau ekspektasi sosial semata.[]