Ratumas Sina: Tokoh Perempuan Jambi yang Terlupakan

Ratumas Sina merupakan pejuang muslim perempuan asal Jambi yang terlupakan oleh sejarah. Perempuan kelahiran Jambi 1887 merupakan putri dari pernikahan Datuk Raden Nonot dari Suku Kraton dan Ratumas Milis binti Pangeran Mat Jasir. Ia berhasil menjadi penyemangat pejuang perempuan muslim asal Jambi yang memberikan pengaruh besar bagi kemerdekaan Indonesia.

Sejak kecil hingga beranjak dewasa, RS dibesarkan dalam kawasan perkebunan di Paal 8 belakang kampung Pudak. Ia terlahir dari keluarga sederhana yang mengalami tekanan berat oleh penjajah Belanda. Keadaan tersebut menuntut ia mengambil langkah berjuang mengusir penjajah. Meskipun begitu, ia didik kedua orang tuanya untuk menjadi perempuan sabar dengan segala situasi dan kondisi yang melandanya.

Kala itu, ia menikah di umur 13 tahun dengan salah satu seorang cucu dari Pangeran Poespo dari kerabat ibunya Permas Kadipan, Merangin dan melanjutkan perjuangan dengan sang suami bersama Pangeran Haji Umar sebagai pasukan komando. Konon pasukan menyegani dan takut pada golongan Pangeran Haji Umar karena kemampuan perang gerilya yang taktis dan mematikan dengan salah satu ciri khas senantiasa melakukan penyerangan pada malam hari.

Sebagai sosok perempuan di era penjajah, RS sangat berani memutuskan diri untuk terjun langsung mengikuti perang melawan pasukan Belanda. Semangat juang yang berkobar, ternyata mampu memberikan pengaruh kepada sesama perempuan yang ingin memberikan kontribusi berjuang mengusir penjajah kala itu. Meskipun akhirnya, RS tidak menyangka bahwa sang suami akan lebih dahulu gugur di peperangan sebelum satu tahun genap usia pernikahannya.

Berjuang di Pengasingan

Keadaan tersebut tidak membuat hati dan niat RS menjadi getir. Justru sebaliknya mampu membakar semangatnya untuk terus berjuang mengusir penjajah Belanda. Namun di luar sangka bahwa pada akhirnya RS beserta pasukan kalah berperang melawan Belanda. Berakhir mendapat pengasingan di Lumajang selama 7 tahun.

Baca Lainya  Membaca (Catatan) Aktivisme Dakwah, Pergolakan Politik, dan Pergerakan Perempuan Tutty Alawiyah

Selama mentap di pengasingan di Lumajang, RS memulai babak baru. Ia kembali berjuang seorang diri di dalam hutan belantara dengan kondisi bersimbah darah. Namun, takdir mempertemukan ia dengan Sutan Gandam seorang Penghulu Bungo dari Suko Minang pada masa penjajahan Belanda. Saat itu, Sutan Gandam adalah duda dan juga pejuang melawan Belanda. Karena memiliki kesamaan misi mengusir penjajahlah yang menyatukan Sutan Gandam dan RS ke dalam bahtera rumah tangga.

Pernikahan yang ia bangun tersebut nampaknya tidak berjalan dengan baik. Pasalnya sang anak dari Sutan Gadama tidak menyukai RS sebagai ibu tiri. Maka sejak saat itu, RS mendapat pengasingan oleh sang suami.

Pengasingan diri suaminya, tidak membuat RS menyerah begitu saja dalam menerima hidup yang pahit. Dengan berbagai pengalaman hidup, kerja keras, dan kesabaran didikan orang tuanya membuahkan hasil bagi RS. Di beberapa referensi menyebutkan (Kemendikbud, 2019) di akhir perjuangannya, RS memiliki kekayaan dan harta dunia melimpah di Muaro Bungo.

Meskipun demikian, jejak perjuangan RS tidak banyak yang mengenalnya. Namun, dalam catatan sejarah perjuangan RS merupakan sosok pejuang muslimah yang luar biasa. Ia hidup satu periode dengan pahlawan nasional asal Jambi, Sultan Thaha Saifuddin Jambi. Thaha berjasa dan memberikan pengaruh bagi perempuan lainnya untuk berjuang melawan penjajah Belanda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *