Sumber Gambar: Instagram @nderekpusat_official
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak peristiwa yang tampak sederhana, tetapi jika dikaji lebih dalam, mengandung makna yang erat kaitannya dengan ajaran Islam. Salah satu contohnya adalah momen ketika Ning Jazilah Annahdliyah (Ning Jazil/Ning Anna), istri dari KH. Abdurrahman Al-Kautsar (Gus Kautsar), pertama kali mengendarai Vespa.
Sekilas, peristiwa ini mungkin tampak biasa. Hanya seorang perempuan muslimah yang memilih menggunakan kendaraan roda dua. Namun, jika melihat lebih jauh, momen ini mencerminkan beberapa prinsip utama dalam Islam, seperti kesederhanaan, keseimbangan antara tradisi dan modernitas, serta kebebasan perempuan dalam beraktivitas.
Sebagai bagian dari keluarga pesantren, Ning Jazil (sapaannya) telah tumbuh dalam lingkungan yang menjunjung tinggi nilai kesederhanaan dan keilmuan. Ia adalah putri dari KH. Abdul Hamid Baidlowi dan Nyai Hj Jamilah. Serta menantu dari KH. Nurul Huda Jazuli, pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Kediri. Pernikahannya dengan Gus Kautsar berlangsung pada 1 Januari 2004, ketika ia berusia 16 tahun, sementara Gus Kautsar 18 tahun. Dari pernikahan tersebut, mereka terkaruniai dua anak, Chasna Naylufer dan Gus Nayef Sambudigdo.
Meskipun berasal dari keluarga besar pesantren, Ning Jazil tetap mempertahankan gaya hidup yang sederhana dan tidak berlebihan. Hal ini sejalan dengan prinsip kanaah, yakni merasa cukup dengan apa yang termiliki tanpa terjebak dalam kemewahan dunia. Islam mengajarkan bahwa kesederhanaan bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan yang menjaga seseorang tetap fokus pada tujuan hidup yang lebih hakiki.
“Dan janganlah engkau (Muhammad) tujukan pandanganmu kepada apa yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami uji mereka dengannya. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Taha: 131).
Adaptasi dan Perkembangan
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang terjebak dalam gaya hidup konsumtif, di mana kendaraan sering kali menjadi simbol status sosial. Namun, pilihan Ning Jazil untuk naik Vespa justru mencerminkan nilai Islam yang lebih mendalam-menggunakan sesuatu bukan karena gengsi, tetapi karena manfaatnya.
Islam bukanlah agama yang kaku dan menolak perubahan, melainkan agama yang fleksibel dalam menerima inovasi selama tetap dalam batasan syariat. Sejak zaman Rasulullah saw., umat Islam telah beradaptasi dengan berbagai perkembangan teknologi dan budaya, selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Selain mencerminkan nilai kesederhanaan dan adaptasi terhadap zaman, momen Ning Jazil naik Vespa juga menegaskanbahwa Islam memberikan kebebasan bagi perempuan untuk berperan aktif dalam kehidupan sosial. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Wanita adalah saudara kandung laki-laki.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Momen ketika Ning Jazil pertama kali mengendarai Vespa bukan hanya sekadar peristiwa biasa, tetapi memiliki makna mendalam dalam konteks ajaran Islam. Peristiwa ini mencerminkan nilai kesederhanaan (qana’ah), adaptasi terhadap modernitas dalam batasan syariat, serta kebebasan perempuan dalam beraktivitas.