Pemberdayaan Pendidikan Perempuan Madura: Membangun Generasi Berkualitas

Berbicara perempuan memang tidak akan pernah selesai. Selalu ada bagian-bagian menarik dan begitu seksi untuk menjadi sebuah diskursus. Perempuan yang tangguh, penuh semangat, dan memiliki peran sentral dalam kehidupan sosial dan budaya adalah tema yang selalu relevan.

Di berbagai belahan dunia, termasuk Madura, perempuan memainkan peran penting yang sering kali tidak terlihat namun sangat berpengaruh. Seperti halnya seorang ibu yang mendidik anaknya (al-Madrasatul Ula).

Sudah tidak asing lagi bagi seorang muslim dengan kalimat, “Ibu adalah madarsah pertama bagi anak-anaknya”. Katakanlah anak tersebut mencapai kesuksesan, pasti yang lekat dalam ingatan masyarakat adalah, siapa bapaknya dan ibunya nyaris tidak pernah tertanyakan.

Padahal, peran ibu sebagai pendidik pertama sangatlah krusial. Ibulah yang dengan sabar menanamkan nilai-nilai moral, mengajarkan kebijaksanaan, dan mendampingi dalam proses tumbuh kembang anak. Ketika seorang anak berhasil meraih prestasi, keberhasilannya tidak lepas dari kontribusi besar seorang ibu yang kerap tidak mendapatkan pengakuan semestinya.

Terlepas dari hal di atas, perempuan Madura dengan segala kekuatan dan keteguhannya, menunjukkan betapa pentingnya peranannya dalam menjaga kelestarian budaya dan menggerakkan perubahan sosial. Mereka adalah penjaga tradisi sekaligus agen modernisasi yang mampu membawa perubahan positif. Hal ini hampir sejalan dengan bagaimana masyarakat Madura memandang kaum hawa.

Stigma dan Simbol

Seorang perempuan Madura adalah sebagai bagian keluarga yang harus dilindungi, dipelihara, dan ia merupakan simbol perjuangan laki- laki untuk memupuk harga diri di depan masyarakat. Tak jarang mereka tertempatkan pada ruang yang suci dan terpisah dari ranah laki-laki. Dalam ranah pendidikan, mereka menghadapi berbagai tantangan namun tetap berjuang untuk mendapatkan pendidikan yang layak, mereka menyadari bahwa pendidikan adalah kunci untuk membuka peluang dan masa depan yang lebih baik.

Baca Lainya  Menyingkap Hadis Mayoritas Perempuan Penghuni Neraka

Meski demikian, tantangan untuk mengisi peluang tersebut, selalu bentrok dengan stereotipe atau stigma yang membudaya. “Jha’ a sakolah ghitengghih, tak kera bhuruh deemma (Jangan bersekolah sampai pendidikan tinggi, gak akan ke mana-mana juga)” atau “Jha’ ghitengghih a sakolah, reng lakek pagghun takok se masok ah (Jangan bersekolah sampai jenjangnya tinggi, karena laki-laki pasti takut yang mau melamar)”.

Dua kalimat tersebut sebenarnya merupakan sebuah pedang yang bisa menghunus tepat di jantung mereka. Seyoginya, ketika perempuan berpendidikan tinggi maka tidak akan menutup kemungkinan bahwa ia sebagai seseorang yang katanya adalah sebagai madrasah pertama bagi anak-anak. Yang akan memberikan sebuah pendidikan yang lebih layak dan pastinya juga akan lebih baik daripada sebelumnya.

Stigma yang membatasi perempuan untuk bersekolah tinggi seperti yang saya tulis di atas, merupakan sebuah sistem patriarki. Patriarki ini sering kali menguat oleh pemaknaan tertentu dari ajaran agama yang tidak hanya bersifat budaya tetapi juga terinterpretasikan secara konservatif.

Misalnya, ada pandangan bahwa perempuan yang berpendidikan tinggi bisa menjadi ancaman bagi otoritas laki-laki atau mendapat anggapan tidak sesuai dengan peran yang agama tentukan. Padahal, jika menelusuri lebih mendalam, banyak ajaran agama yang justru mendorong umatnya, termasuk perempuan, untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya.

Di tengah berbagai tantangan tersebut, peran keluarga bisa menjadi faktor penting dalam mendorong perempuan berpendidikan tinggi. Di Madura, keluarga sering kali memegang peran sentral dalam keputusan pendidikan anak perempuan. Ada keluarga yang mendukung penuh pendidikan anak perempuannya. Ada juga keluarga yang masih terjebak dalam pola pikir konservatif. Menganggap bahwa pendidikan tinggi bagi perempuan tidak terlalu penting alih-alih dengan peran domestik dan tanggung jawab rumah tangga.

Baca Lainya  Sinar Harapan Xaviera Putri

Potensi Kualitas Hidup

Pendidikan merupakan sebuah managemen yang sangat signifikan dalam mengembangkan potensi individu dan meningkatkan kualitas hidup. Melalui pendidikan, seseorang dapat mengasah kemampuan berpikir kritis, analitis, dan kreatif. Kemampuan tersebut sangat penting dalam menghadapi tantangan hidup dan mencapai tujuan. Pendidikan juga membantu individu menemukan dan mengembangkan minat serta bakat mereka. Walhasil mereka bisa mencapai cita-cita dan berkontribusi positif di masyarakat.

Selain itu, pendidikan memainkan peran penting dalam mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan. Perempuan yang berpendidikan memiliki kesempatan lebih besar untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, baik dalam lingkup keluarga maupun masyarakat. Mereka menjadi lebih mandiri, mampu membuat keputusan yang lebih baik terkait berbagai hal. Pendidikan juga meningkatkan kesadaran dan partisipasi individu dalam kehidupan sosial dan politik, membantu mereka (perempuan) memahami hak dan kewajiban sebagai warga Negara. Dengan demikian, perempuan yang berpendidikan dapat berkontribusi lebih besar dalam pembangunan Masyarakat.

Hemat saya keberhasilan perempuan Madura dalam mengejar pendidikan tinggi banyak dipengaruhi oleh dinamika keluarga, di mana dukungan atau penolakan dari keluarga bisa menjadi penentu utama. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan pandangan dan dukungan dari unit keluarga adalah kunci penting dalam mengatasi stigma dan sistem patriarki yang masih membatasi perempuan untuk mencapai pendidikan tinggi.

Setiap keluarga harus mampu dan menebus ketimpangan yang ada. Lewat pembacaan bahwa perempuan yang berpendidikan tinggi merupakan sebuah investasi masa depan yang dapat membawa kemajuan bagi keluarga dan masyarakat. Dari sisi inilah, seorang perempuan Madura, sering kali harus berjuang lebih keras lagi untuk meyakinkan keluarga dan membuktikan kepada Masyarakat setempat bahwa pendidikan itu sangat penting dan memiliki kemampuan akademik yang tinggi tidak mengurangi kualitas mereka sebagai perempuan. Semangat berjuang Jebbingku!

Baca Lainya  Dari Rahim Perempuan, Masa Depan Bangsa Terlahirkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *