Pendidikan yang berjalan di Indonesia memang terbilang unik. Hal ini karena beragam jenis pendidikan tersedia semakin luas bagi siapa saja yang memiliki pendapatan cukup bahkan di atas rata-rata.
Benar adanya bahwa pendidikan gratis hanya untuk bagi generasi muda dari tingkat sekolah pasar hingga perguruan tinggi. Sedangkan untuk kebutuhan pendidikan bagi kaum lansia (lanjut usia) bukan menjadi permasalahan mendasar bagi pemerintah dalam mengurangi angka buta huruf di Indonesia.
Bukankah hal demikian sudah menjadi biasa dalam pandangan kita sehari-hari bukan? Bahwa para lansia tidak perlu banyak belajar karena mendekati umur yang tidak panjang lagi.
Siti Muzaro’ah adalah salah satu perempuan yang memperjuangkan pendidikan Islam di Indonesia khususnya wilayah pedesaan pantai utara, utamanya bagi kaum lansia perempuan. Beliau berpendapat bahwa kaum lansia akan menjadi lebih baik ketika memiliki ilmu agama alih-alih dengan kaum lansia lain yang tidak mengenal agama.
Hal tersebut memang benar adanya, bahwa manusia memiliki kewajiban menuntut ilmu tanpa mengenal siapa, kapan dan di manapun. Hal ini sebagaimana tertulis di dalam Al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 11:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya:
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Kutipan ayat tersebut menerangkan bahwa betapa Allah akan mengangkat derajat mereka yang menuntut ilmu beberapa kali lebih tinggi daripada yang tidak menuntut ilmu. Karena Allah tidak akan membatasi setiap manusia yang akan belajar menuntut ilmu kapan dan di manapun. Isyarat ini menandakan bahwa dengan ilmulah manusia bisa menjadi lebih mulia, tidak dengan hartanya apalagi nasabnya.
Riwayat Singkat
Lahir dan besar di lingkungan pesantren kecil membuat beliau menjadi sosok religius dan berguna bagi pribadi maupun orang lain. Meskipun bukan hidup di lingkup pesantren besar, beliau memiliki kepekaan dan kecerdasan yang tidak mampu terlihat oleh orang lain. Tidak mengherakan jika gagasan dan gerakannya membuat pendidikan Islam menjadi hal utama yang selalu ia gaungkan selama ini.
Meskipun terlahir di dalam orang yang berpendidikan, Siti Muzaro’ah tumbuh menjadi sosok perempuan yang menggemari hal-hal yang berbau agama. Bahkan beliau lebih memilih lama bersekolah di pesantren daripada melanjutkan perguruan tinggi.
Gerakan yang ia lakukan bukan hanya satu dalam memajukan pendidikan Islam untuk kaum lansia. Beliau juga kerap aktif di organisasi baik Muslimat, pimpinan tahlil perempuan, pembina karang taruna dan masih banyak organisasi kecil lainnya yang beliau geluti. Kegiatan tersebut memang mendapat respon dan dukungan positif dari keluarga baik dari suami ataupun anak-anaknya. Sungguh menjadi hal yang luar biasa bagi kita generasi muda yang tidak hanya egois memikirkan diri kita sendiri.
Implementasi Perjuangan
Tidak semua manusia berilmu tergerak hatinya untuk saling memberikan ilmu kepada sesama. Mengutip Jackqueline Chabaud dalam buku Mendidik dan Memajukan Wanita, perempuan adalah sama seperti laki-laki. Ia patut mengembangkan kemampuan untuk menjalani hidup serta melaksanakan kegiatan dan memegang segala tanggung jawab yang akan membentuk kemuliaan manusia. Begitupun dengan kaum lansia yang tidak seharusnya memilki batasan dalam segi menuntut ilmu.
Berlatarbelakang keprihatinan pada lingkungan lansia yang buta huruf khususnya dalam bidang agama membuat beliau prihatin untuk melakukan pemberdayaan kepada masyarakat sekitar. Baik lansia atau siapapun yang menginginkan untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
Hal tersebut ia ungkapkan lantaran banyaknya masyarakat sekitar yang banyak mengeluh akibat dari pertanyaan anak-anaknya yang tidak bisa terjawab secara utuh. Padahal, sebagai orang tua baik masih muda ataupun lansia memiliki tanggung jawab untuk mencerdaskan putra-putrinya. Meskipun hal tersebut bukan satu-satunya cara.
Siti Muzaro’ah selalu memberikan ilmu sedikit demi sedikit, baik dari mengajarkan huruf hijaiyah, mengajarkan taharah (sesuci) atau dari hal-hal kecil yang tidak bisa masyarakat lakukan dalam menunjang kebutuhan anak terkait ilmu pendidikan. Sampai hari ini beliau masih selalu menerapkan perjuangannya untuk masyarakat. Semoga kita sebagai generasi muda, mampu memberikan kontribusi lebih kepada nusa, bangsa, agama.