Menjaga Aurat di Tengah Tren Fesyen

Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang begitu pesat telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk gaya berpakaian perempuan. Di era modern, perempuan di belahan bumi manapun sangat terpengaruhi arus globalisasi, media sosial, dan budaya Barat, yang menuntut kebebasan berbusana. Gaya berpakaian (fesyen) yang dulu mungkin teranggap tidak sesuai norma, kini orang semakin menerima, bahkan memujanya. Namun, di tengah kebebasan itu, ada satu aspek penting yang sering terlupakan dan terabaikan, yakni kewajiban menjaga aurat sebagai bagian dari identitas muslimah.

Dalam Islam, aurat bukanlah sekadar aturan fisik yang membatasi penampilan, tetapi juga cerminan nilai moral, kesucian, dan kehormatan diri. Kewajiban ini telah jelas termaktub dalam Al-Qur’an dan hadis. Dengan begitu, tidak bisa teranggap remeh atau terabaika dengan alasan tren dan gaya hidup modern.

Salah satu hadis yang sangat terkenal dan sering menjadi pegangan dalam menjaga aurat adalah hadis riwayat Asma’ binti Abu Bakar. Hadis tersebut tidak hanya mengandung perintah, tetapi juga pesan moral yang kuat tentang bagaimana muslimah harus menjaga pribadinya di tengah berbagai godaan zaman.

Aurat Perempuan

Dalam perspektif Islam, aurat adalah bagian tubuh yang wajib tertutup agar tidak terlihat orang lain yang bukan mahram. Aurat bagi perempuan memiliki batasan lebih luas daripada laki-laki. Sebab, Islam memandang perempuan memiliki kedudukan khusus harus mendapat perlindungan kesucian.

Dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 31 tertera bahwa nuslimah wajib menutup seluruh tubuhnya, kecuali bagian tertentu seperti wajah dan telapak tangan, sebagai bentuk menjaga kesucian dan kehormatan diri. Selain itu, surat Al-Ahzab ayat 59 juga memberikan perintah kepada perempuan beriman untuk menggunakan jilbab agar mereka mudah teridentifikasi sebagai perempuan terhormat dan tidak terganggu.

Baca Lainya  Dilema Perempuan: Diam atau Melawan?

Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan adanya pergeseran nilai yang cukup signifikan terkait cara berpakaian muslimah. Tren fesyen masa kini sangat terpengaruhi budaya Barat dan media sosial. Keduanya menampilkan berbagai gaya berpakaian yang cenderung memperlihatkan lekuk tubuh, menggunakan bahan tipis, dan terkadang mengabaikan batasan aurat.

Media sosial semacam Instagram, TikTok, dan YouTube telah menjadi sarana utama penyebaran tren fesyen tersebut. Banyak influencer dan selebriti muda yang mengenakan pakaian tidak sesuai dengan syariat Islam. Dengan demikian, menjadi panutan bagi banyak perempuan muda yang ingin tampil modern dan masyarakat menerimanya. Selain itu, globalisasi budaya turut memperluas ruang bagi percampuran nilai-nilai yang terkadang bertentangan dengan agama.

Tantangan ini semakin berat karena banyak perempuan yang merasa bahwa mengikuti tren berpakaian tersebut adalah bentuk kebebasan dan ekspresi diri, sehingga mengabaikan ajaran agama mengatur tentang aurat. Dalam konteks ini, perempuan muslim kerap merasa kesulitan mengekspresikan pribadinya dengan pakaian yang syar’i tanpa takut tercap kuno atau tertinggal zaman. Akibatnya, banyak yang akhirnya mengalah dan mengikuti tren berpakaian yang tidak sesuai syariat, bahkan tanpa tersadari menimbulkan kerusakan moral dalam diri dan masyarakat.

Pesan Moral

Hadis riwayat Asma’ binti Abu Bakar merupakan salah satu pedoman utama dalam memahami batas aurat perempuan secara praktis. Terkisahkan bahwa Asma’ yang merupakan putri Abu Bakar dan menantu Rasulullah saw. awalnya memakai pakaian yang agak tipis ketika dewasa.

Nabi Muhammad saw. kemudian menegur dengan mengatakan, “Hai Asma’, sesungguhnya apabila seorang perempuan sudah haid, tidak boleh nampak kecuali ini dan ini,” sambil menunjukkan wajah dan telapak tangan.

Hadis ini mengandung beberapa pesan moral sangat penting. Pertama, hadis ini menegaskan adanya batasan yang jelas mengenai aurat perempuan setelah mencapai usia haid atau masa balig. Dengan begitu, kewajiban menutup aurat menjadi semakin penting dan tidak boleh abai. Kedua, teguran nabi tersebut menunjukkan betapa menjaga aurat adalah perintah langsung yang harus tertaati sebagai bentuk penghormatan kepada ajaran Islam dan Rasulullah.

Baca Lainya  Perempuan dan Objek Cyberbullying Hari Raya

Ketiga, sikap Asma’ binti Abu Bakar yang menerima teguran tersebut dan berubah menyesuaikan pakaiannya menjadi contoh keteladanan bagi perempuan muslim untuk tidak ragu dan sungguh-sungguh dalam menjaga aurat.

Pesan moralnya adalah bahwa menjaga aurat adalah bagian dari ketaatan dan kesungguhan beribadah. Mesti melakukannya tanpa kompromi, meskipun di tengah tekanan zaman yang serba bebas dan berubah. Hadis ini juga menjadi bukti bahwa ajaran Islam tentang aurat adalah sesuatu yang jelas dan pasti, bukan sekadar norma sosial yang bisa berubah-ubah sesuai tren. 

Strategi Menjaga

Menjaga aurat bukanlah perkara mudah di tengah tren berpakaian masa kini yang kian bebas dan penuh tantangan. Oleh karena itu, strategi yang sistematis dan menyeluruh sangat dibutuhkan. Pertama, pendidikan agama sejak dini menjadi fondasi utama agar muslimah memahami pentingnya aurat dan konsekuensi menjaga maupun melanggarnya. Keluarga memegang peranan vital sebagai lingkungan pertama yang mengajarkan nilai-nilai agama dan memberikan contoh nyata dalam berbusana sesuai syariat.

Kedua, komunitas Muslim dan lembaga pendidikan harus aktif mengadakan seminar, workshop, dan kampanye yang memotivasi perempuan untuk bangga menjaga aurat. Ketiga, media dan platform digital harus digunakan secara bijak untuk menyebarkan pesan positif tentang aurat dan fashion Islami, sehingga mampu meng-counter pengaruh negatif dari tren yang tidak sesuai. Terakhir, perempuan Muslim itu sendiri harus memiliki kesadaran dan keikhlasan untuk menjaga aurat sebagai bentuk ibadah dan identitas diri, tanpa takut akan stigma atau tekanan sosial

Menjaga aurat perempuan merupakan bagian tak terpisahkan dari ajaran Islam yang mengandung makna spiritual, moral, dan sosial. Di tengah arus tren berpakaian masa kini yang seringkali mengabaikan nilai-nilai agama, refleksi terhadap hadist Asma’ binti Abu Bakar menjadi sangat relevan dan penting. Hadist tersebut mengingatkan kita bahwa menjaga aurat adalah kewajiban yang tidak boleh ditawar-tawar demi mempertahankan identitas dan kehormatan Muslimah.

Baca Lainya  Fesyen Muslimah Generasi Milenial: Antara Tren dan Syariat

Dengan pendidikan agama, dukungan keluarga, peran positif media, serta kesadaran kokoh, muslimah menjaga aurat tanpa kehilangan kepercayaan diri dan kebahagiaan. Harapan ke depannya tren berpakaian kalangan muslimah semakin berkembang sesuai dengan syariat. Dengan begitu, nilai-nilai luhur Islam dapat terus terjaga dan dijunjung tinggi oleh seluruh umat.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *