Jangan Salah Pasangan, Seumur Hidup itu Lama

Sumber Gambar: Instagram @sampainantihanna

Dunia perfilman Indonesia mengenai kesehatan mental semakin melimpah. Persaingan di dalamnya amat ketat, tertambah perkara-perkara sosial yang kian memprihatinkan sehingga menginspirasi pembuatan film. Oleh karena itu, pegiat dunia film ingin menguak realitas sosial yang bertujuan sebagai pembelajaran atau renungan bagi sesama. Selain itu, pemilihan aktor adalah poin utama pemasaran agar mendapatkan rating tinggi, walhasil sutradara dan tim lainnya mesti bekerja keras.

Salah satu film berjudul Sampai Nanti, Hanna! telah tayang pada 4 Desember 2024. Film berdurasi 110 menit, dengan arahan sutradara Agung Sentausa bersama penulis naskah Swastika Nohara dan produser Dewi Umaya Rachman. Film ini terproduksi oleh Pic[k]lock film, Azoo project, Fortius Films, dan Cityvision. Selain itu, menggandeng aktor ternama Febby Rastanti (Hanna), Juan Bio One (Ghani), Ibrahim Rasyid (Arya), Meriam Bellina (Ibu Hanna), dan Ira Wibowo (Mama Arya).

Film bergenre drama dan roman ini berlatar belakang masa Orde Lama serta berbau dunia aktivis mahasiswa yang memperjuangkan haknya. Hal menarik adalah kisah Hanna dan Ghani berawal dari pertemanan di dalam organisasi. Diam-diam Ghani menyukai Hanna tetapi tidak mampu mengutarakan, tak mampu membuat mereka menjadi pasangan. Ghani hanya mampu menumpahkan perasaannya melalui buku catatan harian.

Perbedaan Karakter

Hanna tipikal pribadi keras kepala, tomboi, dan memiliki keberanian tinggi. Sementara Ghani pribadi pendiam dan penyayang sehingga keduanya saling melengkapi. Mereka berdua saling meluangkan waktu untuk saling berbagi cerita sehingga aroma mesra serasa menggemaskan. 

Akan tetapi, ketika Hanna mulai bertemu dengan kakak tingkatnya, Arya, suasana kedamaian di antara mereka renggang. Arya yang terlalu obsesi dengan Hanna sering mencuri-curi waktu agar bisa mencuri hatinya. Namun, perasaan Hanna tidak bisa bohong, ia tetap berpihak pada Ghani yang lebih memahaminya.

Arya dari latar belakang kaya selalu mencari kesempatan mendapatkan hati Hanna. Hingga akhirnya, mereka pun menikah dan hidup di Belanda. Hal tersebut merupakan impian Hanna sedari dulu, yakni keluar dari rumah agar tidak berselisih dengan ibunya.

Baca Lainya  Kesalingan dalam Relasi Suami-Istri selama Kehamilan

Namun naas, impian yang terimpikan hancur sia-sia. Hanna terjerat toxic relationship Arya yang melakukan kekerasan secara verbal saat baru melahirkan, sehingga ia mengalami baby blues. Hanna nekat melakukan aksinya untuk pulang ke Indonesia dan bercerai dengan Arya. Setelah itu, Hanna bertemu kembali dengan Ghani, mereka sama-sama gagal menikah. Ghani bercerai dengan istrinya karena keterpaksaan padahal belum selesai dengan masa lalunya.

Semesta Pertemanan

Melalui film ini, kita melihat setiap pertemanan antara lawan jenis tidak terlepas dari rasa suka baik keduanya maupun salah satunya. Perasaan memang tidak dapat terpaksakan karena akan menyebabkan pengkhianatan juga serba salah. Selain itu, terlalu memendam perasaan harus menerima risiko pahit. Namun, sebagian orang menganggap tidak akan menjadi asing.

Hal tersebut adalah jebakan sehingga kita harus bisa mengendalikannya. Di sisi lain, meski Hanna tomboi tetapi tetap saja keukeuh memegang gengsi. Ada baiknya saling mengutarakan satu sama lain walau hasilnya tidak mesti mulus, yang bakal membuat kelegaan keduanya. Sebenarnya, mereka berdua saling nyaman hanya saja terjebak dengan gengsi tinggi sehingga terjerumus hubungan friendzone. 

Keempat tokoh dalam film ini seperti jodoh yang tertukar. Sama-sama menjalani hubungan dengan status keterpaksaan atau denial sehingga mengakibatkan tekanan batin. Seringkali semesta becanda dengan hambanya untuk memberikan cobaan dan ketabahan yang bertujuan mampu mengambil pembelajaran yang sudah ia lalui. Perempuan yang sudah memasuki kepala dua seringkali terbingungkan dengan pilihan antara karir ataiu memasuki jejang yang serius.

Kesenjangan Materi

Hal ini pun oleh Hanna alami yang terbilang singkat kenal dengan Arya lalu bertemu dengan ibunya yang ucapannya sangat meyakinkan mengenai masa depan nantinya. Alih-alih Hanna menjadi seseorang yang tunduk dan langsung menyetujui kemauan ibu Arya, semenjak itulah Hanna terbikin bingung dengan kemauannya sendiri padahal di sisi lain ada Ghani yang setia menunggunya. Sebagian perempuan memang menginginkan kehidupan yang layak dan terjamin namun seringkali lupa akan mengetahui seluk-beluk yang mendalam, misalnya kepribadian pasangan, keluarga pasangan, dan sebagainya. Sejatinya menjalin hubungan rumah tangga ialah bertumbuh dengan sifat, dan tanggung jawabnya.

Baca Lainya  Menerka Anggapan Ketabuan Seksualitas

Masalah sosial seperti ini sudah menjadi persoalan umum di Indonesia. kesenjangan materilah yang menampakkan kesuksesan dan kebahagaiaan namun rata-rata yang teralami malah sebaliknya. Menilik dari lingkup keluarga Hanna sendiri adalah keluarga yang sederhana yang sedikit menjengkelkan. Pasalnya Hanna sering beda argumen dengan ibunya sendiri makannya ingin memiliki impian untuk hidup di luar rumah dan menjadi kenyataan namun malahan menjadi celakanya.

Seorang ibu memang menginginkan anaknya menjadi baik melalui nasihatnya akan tetapi anak masih belum bisa mencerna maksudnya sehingga terjebak dengan kenikmatan semata. Melalui film ini, teruntuk kalangan perempuan, alangkah baiknya menikmati karir terlebih dahulu jika memang belum siap untuk mengarungi kehidupan rumah tangga karena tanggung jawabnya lebih besar bukan semata cinta saja. Bagi kalangan laki-laki, sebaiknya selesaikan dulu masa lalumu jangan lampiaskan orang lain untuk menjadi sempurna dan matangkan emosi.

Persoalan Patriarki

Selain itu, persoalan patriarki masih tertanam erat di Indonesia bahwa semua tugas rumah adalah sepenuhnya oleh istri padahal seharusnya saling membagi tugas satu sama lain. Maka dari itu, tak heran zaman sekarang perempuan tidak takut menikah dini daripada salah pasangan. Oleh karena itu, pentingnya untuk mengetahui bobot, bebet, bobot yang menjadi filosofi orang Jawa dalam memilih pasangan. Pentingnya untuk saling mengenal satu samaa lain sebelum semuanya menjadi amburadul.

Sekian faktor yang memengaruhi ketidakharmonisan dalam rumah tangga pada film ini yakni: pertama, belum berdamai dengan masa lalu. Pasangan yang belum bisa berdamai dengan masa lalu dapat mengakibatkan perdebatan sengit sehingga tidak menjadi kenyamanan dalam relathionship. Setiap orang memiliki masa lalu akan tetapi jangan menjadikan orang baru menjadi pelampiasan semata agar dapat sebuah kebahagiaan. Hubungan yang sehat tidak akan memaksakan pasangannya. Oleh karena itu, sembuhkan dahulu derita di masa lalu sebelum mengambil alih orang baru di masa depan.

Baca Lainya  Derita Suratan Perempuan: Menjenguk Cerpen-Cerpen Ahmad Tohari

Kedua, terganggunya kesehatan mental. Dunia pernikahan bukanlah dunia yang ringan karena butuh tanggung jawab yang besar bukan keegosian pribadi melainkan saling mengerti, melindungi satu sama lain. Oleh sebab itu, jika masih belum memiliki stabilitas emosi yang cukup sebaiknya mempelajarinya lebih dalam yaitu dengan cara menyayangi diri sendiri, jangan melampiaskan ke orang lain. Mental yang sehat akan memberikan ketenangan dalam menghadapi sebuah masalah.

Dan, ketiga, kekerasan rumah tangga secara verbal. Sebelum mengarungi rumah tangga sebaiknya mengenali kepribadian pasangan lebih dalam bukan hanya materi semata krena seumur hidup itu lama. Rata-rata seseorang terkecoh dengan materi yang menjamin padahal pentingnya sikap atau perlakuan yang sehat dalam rumah tangga.

Hanna seringkali mendapatkan kritik negatif terhadap suaminya karena tidak becus dalam mengelola rumah, satu sisi dia sedang mengurus bayi sehingga membuatnya baby blues. Hal remeh seperti inilah membuat tekanan yang tak berkesudahan karena sering teranggap remeh oleh pasangan sendiri. Hal serupa berdampak pada anak, karena sering mengalami perlakuan kasar sehingga anak menjadi nakal dan bungkam akibat pola asuh yang perfeksionis.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *