Andi Depu: Srikandi dari Jazirah Tipalayo Mandar

sumber gambar: https://womenlead.magdalene.co/2021/03/03/andi-depu-pahlawan-sulawesi/

Nilai manusia bukan bagaimana ia mati, melainkan bagaimana ia hidup. Bukan apa pangkatnya, melainkan apa yang telah dia perbuat dengan tugas yang Tuhan berikan kepada-Nya. Harimau mati akan meninggalkan belang, gajah mati akan meninggalkan gading dan manusia mati dipastikan akan meninggalkan nama yang mengemas akan citranya.

Sebagaimana yang sudah banyak terbahas dalam literatur-literatur bahasan gender, masyarakat Indonesia hidup dengan budaya patriarki selama berabad-abad. Terdapat perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan. Kondisi yang sama juga termiliki oleh masyarakat di wilayah Sulawesi.

Di samping kondisi masyarakat yang terjajah selama lebih dari 300 tahun, mereka sudah menganggap pendidikan untuk perempuan tidaklah penting. Terdapat kesenjangan sosial antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki memiliki kesempatan untuk menempuh pendidikan yang tinggi sedangkan untuk perempuan, menempuh pendidikan di sekolah dasar merupakan hal yang patut terbanggakan. 

Masyarakat menganggap laki-laki lahir untuk memimpin sebuah kelompok sedangkan bagian perempuan ada di belakang layar. Konstruksi pola pikir tersebut merupakan salah satu faktor yang mengarah pada terbatasnya akses pendidikan untuk para perempuan. Budaya patriarki dan ketakutan akan kekejaman penjajah juga tidak bisa terabaikan.

Postulat Beban

Anggapan bahwa tugas perempuan adalah menjaga rumah, menyambut tamu, mengatur dapur, dan merawat keluarga sangatlah kuat saat itu. Karena beban budaya dalam bentuk tugas domestik, perempuan teranggap tidak memiliki kekuatan menghadapi ancaman lingkungan luar. Khususnya kekejian para penjajah dan teranggap lemah sehingga rumah merupakan tempat paling aman dan cocok untuk menjaga perempuan. 

Tidak berbeda dengan apa yang anak perempuan di Sulawesi dapatkan, Andi Depu, seorang puteri keluarga bangsawan Mandar di Polman–sekarang Sulawesi Barat. Sebagai puteri bangsawan, Andi Depu tidak lantas mendapat pendidikan yang lebih dari orang biasa. Beliau hanya menempuh sekolah rakyat (volkschool) hingga kelas tiga.

Baca Lainya  Rasimah Ismail: Penentang Kolonialis dari Minangkabau

Di sisi lain, hanya ada satu sekolah rakyat terdekat. Sebenarnya beliau dapat melanjutkan kelas berikutnya ke HIS atau sekolah Belanda, namun hal tersebut tidak mendapat dukungan dari kedua orang tuanya. Selain sebab lokasi yang cukup jauh dan kondisi saat itu juga tidak memungkinkan beliau bepergian, anggapan bahwa perempuan tidak perlu sekolah terlalu tinggi juga menjadi pertimbangan. 

Andi Depu merupakan puteri dari Raja (Maradia) Balanipa Mandar ke-50 dan dan ibunya Ratu Samaturu. Nama asli Andi Depu ialah Sugiranna Andi Sura. Beliau merupakan puteri tunggal di antara 6 saudara laki-lakinya. Di jazirah Tipalayo, sematan nama “Andi” sering tergunakan oleh keluarga bangsawan tinggi. Sedangkan “Depu” merupakan panggilan beliau sehari-hari.

Entitas Perangai

Sejak kecil, Andi Depu sudah menunjukkan jiwa kebangsaan dan kerakyatan yang tulen dari sang ayah. Keramahan, kepedulian, dan ketegasan yang Andi Depu miliki menjadikan rakyat sangat menyukai beliau. Di sisi lain, Andi Depu merupakan anak perempuan pada umumnya kecil yang suka bermain di luar wilayah istana dengan rakyat.

Andi tidak membedakan teman satu dengan yang lain. Ia sangat pandai beradaptasi dengan rakyat yang sangat merakyat. Beliau memperlakukan rakyat sebagai teman sehingga beliau dapat bergurau dan berdiskusi dengan mereka tanpa membedakan antara status tinggi dan rendah. 

Selain pendidikan formal di bangku sekolah rakyat, Andi Depu tidak melewatkan pendidikan agama sebagai ajaran dasar seorang muslimah. Ia dapat menamatkan Al-Quran di usia dini, belajar ilmu tajwid. Beliau juga mengikuti pengajian para ulama dan imam masjid dan belajar hikayat serta hikmah dalam ajaran Islam. 

Sejak kecil, Andi Depu terbiasa dengan cerita-cerita kepahlawanan yang memperjuangkan harga diri dan kebebasan tanah Mandar dari penjajah Asing. Kedua orang tuanya juga kerap menceritakan bagaimana sikap kerajaan dan penduduk tanah Mandar yang menolak adanya penjajah. Secara tidak sadar, kebiasaan itu menumbuhkan jiwa kepatriotan dalam dirinya hingga dewasa.

Baca Lainya  Srikandi Putri Proklamator (1); Rachmawati Soekarnoputri: Pendidik Kritis Sang Singa Podium

Andi Depu memiliki jiwa kebebasan dan tidak menginginkan adanya penindasan pada rakyatnya. Beliau memperlihatkan kebencian tindakan yang semena-mena pendatang asing yang bertujuan menjajah rakyatnya. Dengan tekad mencapai kebebasan dan mengusir para penjajah asing, Andi Depu secara sembunyi-sembunyi mendekati para pemuda-pemudi di daerahnya dan menghimpun suatu barisan terorganisir untuk melawan dan mengusir penajajah dari tanah Mandar. 

Pelopor Gerakan Pemuda

Dalam beberapa literatur, gelar “Ibu Agung” disematkan untuk menghargai jasa dan inspirasi semangat perjuangannya dalam membela tanah Air. Ibu Agung Andi Depu menggerakkan para pemuda daerah Sulawesi yang dikenal dengan KRIS MUDA pada tahun 1947. Melalui organisasi KRIS MUDA atau Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi, ia terus mendorong dan menginspirasi pemuda Sulawesi untuk turut ikut andil dalam perjuangan melawan penindasan. Organisasi ini dibentuk untuk mempersatukan dan mengorganisir pemuda-pemudi Sulawesi dalam rangka memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. 

Andi Depu mempersiapkan para anggota KRIS MUDA dengan berbagai macam kegiatan seperti pelatihan militer, pendidikan politik, dan aksi sosial. Pemuda Sulawesi yang tergabung dalam KRIS MUDA juga terlibat dalam operasi-operasi gerilya melawan pasukan Belanda di Sulawesi Selatan era revolusi pada tahun 1945-1949. Tujuannya demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman penjajahan Belanda setelah kekalahan Jepang di Perang Dunia II.

Andi Depu tidak berhenti di situ, tidak hanya untuk pemuda, organisasi tersebut juga untuk memobilisasi perempuan-perempuan yang turut andil dalam perjuangan perlawanan. Beliau terus meningkatkan kesadaran dan pendidikan di kalangan perempuan tentang pentingnya kemerdekaan dan peran mereka dalam perjuangan. Ia mendorong perempuan untuk tidak hanya berdiam diri tetapi juga aktif dalam kegiatan sosial dan politik, serta dalam memperjuangkan hak-hak mereka.

Dorongan Bangkit

Beliau menginspirasi banyak perempuan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan perlawanan, baik sebagai pejuang, pendukung logistik, atau dalam peran-peran lain yang penting. Andi Depu menyadari bahwa dalam beberapa aspek perempuan tidak setangguh laki-laki, namun bukan berarti perempuan hanya menjadi diam di rumah menunggu kabar suami, ayah, saudara, dan anak yang berjuang di luar sana. Kemerdekaan milik semua bangsa, begitu juga kebebasan dan hak membela tanah air merupakan milik semua orang. 

Baca Lainya  Maria Walanda Maramis: Pendobrak Adat, Pejuang Kemajuan Perempuan Minahasa

Menjadi seorang perempuan, Andi Depu mampu menunjukkan bahwa perempuan juga memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan. Dia menjadi teladan dan inspirasi bagi banyak perempuan Indonesia untuk turut serta dalam memperjuangkan hak dan kemerdekaan bangsa. Keberanian dan dedikasi Andi Depu menjadi inspirasi bagi banyak perempuan Indonesia.

Ia meninggalkan warisan yang menunjukkan bahwa perempuan bisa menjadi pemimpin yang kuat dan berpengaruh, serta bahwa mereka memiliki peran penting dalam sejarah dan pembangunan bangsa. Andi Depu adalah teladan bagaimana perempuan dapat memberikan kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan dan perubahan sosial. Kepemimpinannya, keberanian, dan dedikasinya menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya untuk terus berjuang demi keadilan, kebebasan, dan kesetaraan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *